Pekalongan Darurat Sampah, Cerita Pemulung TPA Degayu Tak Punya Pemasukkan untuk Lebaran 2025

Kondisi terkini TPA Degayu Kota Pekalongan pascapenutupan oleh kementrian LH--Bakti Buwono/ diswayjateng.id
PEKALONGAN, diswayjateng.id – Penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Degayu di Kota PEKALONGAN menimbulkan dampak signifikan bagi para pemulung dan pengepul yang selama ini menggantungkan hidup dari aktivitas di sana.
Sutono, 67 tahun, seorang pemulung setempat, mengungkapkan kekecewaannya atas penutupan mendadak tersebut.
"Gak ada kabar apa-apa, tahu-tahu ditutup. Jadi gak ada pemasukan, padahal ngandelin dari sini. Jadinya kan susah semua, yang punya utang, tanggungan anak istri," tuturnya pada Sabtu, 22 Maret 2025.
Kondisi ini membuat perekonomian warga yang bergantung pada TPA Degayu menjadi kocar-kacir.
BACA JUGA: TPA Degayu Ditutup, Walikota Pekalongan Tetapkan Masa Darurat Sampah 6 Bulan
BACA JUGA: Kota Pekalongan Darurat Sampah: TPA Overload, Solusi Masih Digodok
Sutono menyebut ada sekitar 100 lebih warga yang menjadi pemulung.
"Susah lah, orang cari makannya di sini, rata-rata dapat Rp50 ribu dari sini," tambah pria yang sudah memulung sejak TPA Degayu berdiri itu.
Samsul Hidayat, seorang pengepul, juga merasakan dampak langsung dari penutupan TPA Degayu Pekalongan.
"Stok barang yang habis jadi tidak bisa cari lagi, gak boleh masuk dan kalau masuk katanya nanti dipenjara," keluhnya.
BACA JUGA: TPA Kota Pekalongan Terancam Ditutup, Walikota Aaf: Infrastruktur Harus Memadai
BACA JUGA: DLH Kabupaten Tegal Bersinergi dengan Dinas Permades Atasi Masalah Sampah
Ia berharap TPA Degayu Pekalongan bisa dibuka lagi hingga lebaran.
Di sisi lain, Samsul yang sudah empat tahun menjadi pengepul sadar jika TPA Degayu Pekalongan memang sudah overload.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: