Momen Romo Rafael Bertemu Paus Fransiskus, Pesan Toleransi dan Kehangatan Sang Pemimpin Katolik

Momen Romo Rafael Bertemu Paus Fransiskus, Pesan Toleransi dan Kehangatan Sang Pemimpin Katolik

Romo Rafael Mathando Hinganaday menceritakan pengalaman ketemu Paus Fransiskus di Jakarta beberapa waktu lalu, Selasa, 22 April 2025.--Wahyu Sulistiyawan

"Ada satu pesan yang sangat menonjol ketika berkotbah, beliau mengatakan ayo buatlah keriuhan buatlah keramaian, artinya gereja itu jangan diam-diam saja ada maslah ko diam, buatlah sesuatu," terangnya.

Paus Fransiskus meninggal dunia di Vatikan pada Senin 21 April 2025 dalam usia 88 tahun karena serangan stroke dan gagal jantung.

Menurut Romo Rafael, kepergiaanya Paus Fransiskus menjadikan kesedihan yang mendalam bagi umat Katolik yang memiliki banyak kenangan dan cerita kehidupan dibandingkan paus yang lainnya.

"Kedekatan dengan umat, cerita kehidupannya sangat banyak sekali dibandingkan paus yang lainnya. Apalagi candaannya yang selalu nyambung dan buat ketawa itu menunjukan kehangatan beliau dengan umatnya," terangnya.

Pada berita sebelumnya, para umat Katolik terlihat khusyuk ikut doa bersama atas meninggalnya Paus Fransiskus pada ibadah Misa Requiem di Gereja Santo Yusup Gedangan Semarang.

Dalam khotbahnya, Romo Benedictus Cahyo Cristanto menceritakan saat kepemimpinan Paus Fransiskus banyak kritikan yang diberikan kepada para Romo.

"Dalam dokumen yang beliau tulis, banyak kritikan kepada para Romo yang pertama jangan memberikan khotbah terlalu lama, istilah gajah diblangkoni (gajah dikasih blangkon) yang artinya "iso khotbah ora iso nglakoni" (bisa ceramah tidak bisa melakukannya),"

Lebih lanjut, Romo Cahyo menyampaikan pesan Paus Fransiskus untuk jangan mempertahankan Klerikalisme atau jarak antara Imam dan Umat.

"Beliau tidak suka itu, adanya imam, adanya romo hadir sebagai pelayan untuk melayani umat jadi bukan untuk membuat klaster sendiri,"terangnya.

Selain itu, menurut Romo Cahyo dalam dokumen Evangelii Gaudium ditunjukan gereja harus bisa dijangkau atau didekati oleh umat itu sendiri.

"Selama masa kepausannya, banyak dokumen-dokumen diterbitkan dan kami para romo sendiri kuwalahan untuk membacanya,"terangnya.

Romo Cahyo menceritakan, Romo Fransiskus tidak pernah berhenti belajar, dimana masa kepausannya itu dia menunjukan seorang gembala yang sangat mendengarkan kebubutuhan.

"Jadi supaya gereja betul-betul tidak berhenti, tetapi mengikuti perkembangan zaman, dia belajar banyak mendengarkan," terangnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: