Miris, Dinkes Batang Temukan 155 Kasus Baru HIV, Ada Anak dan Ibu Hamil
ilustrasi pencegahan HIV Aids untuk anak anak dan ibu hamil--
Upaya Dinkes untuk menekan angka HIV dilakukan melalui edukasi berkelanjutan, penyuluhan Puskesmas, program PKPR untuk remaja, hingga kampanye digital lewat media sosial.
Ida menyebut kerja sama juga dilakukan dengan KPA, BNN, serta berbagai lembaga yang terlibat dalam penanganan HIV/AIDS.
“Upayanya edukasi, sosialisasi, dan penyebarluasan informasi tentang bahaya HIV/AIDS dan pentingnya skrining,” ujarnya.
Namun, Ida tidak menampik adanya kendala ketika pasien berhenti berobat setelah kondisinya membaik karena merasa sudah sehat.
“Banyak yang rajin periksa saat viral load tinggi, tapi ketika membaik mereka lupa minum obat dan enggan datang lagi,” katanya.
Dinkes juga tidak bisa melarang pasien tertentu untuk melanjutkan pekerjaannya, sehingga pendekatan edukasi menjadi strategi paling realistis.
Pendampingan bagi Odhiv ditawarkan melalui Yayasan Peduli Kasih (Peka) terutama bagi pasien yang gagal pengobatan atau berhenti mengambil obat.
Pengelola Program HIV Dinkes Batang, Ratih Ristianti, menyebut beberapa rincian populasi yang terdeteksi positif sepanjang 2025.
“Anak-anak tiga, calon pengantin enam, ibu hamil enam, LSL 37, pelanggan pekerja seks sembilan, TBC 14, populasi umum 38, waria tiga, dan WPS 28,” ujar Ratih.
Ratih menjelaskan pemeriksaan untuk bayi dilakukan menggunakan metode EID berbasis kertas saring yang kemudian dikirim ke laboratorium rujukan.
Sementara terapi ARV tersedia lengkap baik untuk anak maupun dewasa, termasuk pemberian profilaksis untuk bayi dari ibu HIV positif.
Deteksi dini pada ibu hamil menjadi salah satu langkah paling penting untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi sebelum proses persalinan.
Dinas Kesehatan Batang menegaskan bahwa perang melawan HIV bukan hanya tentang obat, tetapi juga pengetahuan, kepedulian, dan solidaritas sosial.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
