Mengangkat Isu Perubahan Iklim, Mahasiswa UPGRIS Pamerkan Maket Arsitektur Tropis.

Kamis 10-10-2024,18:28 WIB
Reporter : Wahyu Sulistiyawan
Editor : Wawan Setiawan

SEMARANG, diswayjateng.id- Mahasiswa Jurusan Arsitektur Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) menggelar pameran artitektur sebagai syarat dalam menyelesaikan tugas akhir di Monod Diephuis, Kawasan Kota Lama, Kota Semarang. Pameran yang diselenggarakan 10-12 Oktober tersebut mengangkat tema perubahan iklim dan fenomena sosial.

Pameran Responsif Arsitektur ini menampilkan 15 karya tugas akhir mahasiswa arsitektur, lima desainan arsitektur 2, lima desainan arsitektur 4, dan empat kelompok sayembara desain, serta lima sayembara arzelin.

Ketua Panitia Pelaksana, Dyas Afyantoro, menjelaskan kegiatan ini merupakan satu rangkaian acara. Sebelumnya telah dilaksanakan sayembara desain yang diikuti sekitar 100 peserta dari berbagai daerah. Acara tersebut juga sebagai kampanye perubahan iklim dengan menerapkan arsitektur tropis untuk di Indonesia.

“Sebagai mahasiswa arsitek harus peka pada isu perubahan iklim dan perubahan fenomena sosial, dalam merancang bangunan harus mengedepankan isu tersebut,” ujar Dyas. Kamis, 10 Oktober 2024.

“Kami membuka kompetisi untuk mahasiswa arsitektur nasional, diikuti 100 peserta, lima besarnya kami tampilkan di pameran ini,” tambahnya. 

BACA JUGA: Sebanyak 130 Kasus Kebakaran terjadi di Kabupaten Tegal Sejak Januari hingga Oktober 2024

BACA JUGA: Siapkan Rp 850 Juta, Pemkab Batang Pastikan Jembatan Warungasem Diperbaiki Tahun 2025

Dyas menjelaskan Di Indonesia, gaya arsitekturnya menggunakan arsitektur tropis. Menggunakan atap miring. “Kalau memakai atap dak beton ini kurang efektif, karena terkait hujan dan panas berdampak pada kenyamanan,” ujarnya.

Berdasarkan isu perubahan iklim ini, para mahasiswa arsitektur menampilkan 60 persen material Tapa Kala volume 1, yang terbuat 90 persen dari kayu. Beberapa lainnya terbuat dari papan panel poliester.

 

 

 

 

Kategori :