Puspita Bahari dan Komnas Perempuan Lakukan Kajian Dampak Krisis Iklim di Timbulsloko Demak

Puspita Bahari dan Komnas Perempuan Lakukan Kajian Dampak Krisis Iklim di Timbulsloko Demak

Potret desa Timbulsloko Demak yang terkena dampak krisis iklim-nungki diswayjateng-

DEMAK, diswayjateng.id - Komnas Perempuan dan Puspita Bahari DEMAK menyampaikan hasil kajian bahwa perempuan nelayan dan disabilitas paling rentan dalam menghadapi dampak dari krisis iklim, temasuk akses mendapatkan identitas.

Kajian tersebut telah dilakukan Komnas Perempuan dengan menggandeng Puspita Bahari sebuah komunitas lokal di Demak, selama bulan Mei - Juni 2024 terkait dampak krisis iklim dalam konteks kekerasan berbasis gender terhadap perempuan dan kelompok rentan.

Penelitian dan kajian tersebut menyasar 4 wilayah di Kabupaten Demak yang mana salah satunga adalah di Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, seperti yang disampaikan founder Puspita Bahari, Masnuah.

"Pemilihan Desa Timbulsloko untuk memantau pengalaman perempuan dan kelompok rentan yang terdampak krisis iklim dalam bentuk desa yang tenggelam," ucapnya kepada diswayjateng.id, Senin 24 Maret 2025.

BACA JUGA:Dinas Permades Kabupaten Tegal Jembatani Sinkronisasi Anggaran Hibah Pengelolaan Sampah

BACA JUGA:Dukung Pembayaran non Tunai, Sekda Grobogan: Bisa Tekan Inflasi hingga Peredaran Uang Palsu

Ia menceritakan bahwa Puspita Bahari melakukan wawancara terhadap beberapa narasumber, di antaranya perwakilan dari pemerintah, swasta, Aparat Penegak Hukum (APH), perempuan penyintas, perempuan lansia, perempuan disabilitas dan kelompok rentan lainnya. 

"Temuan di Timbulsloko diantaranya adalah terputusnya akses terhadap masyarakat dari layanan publik, salah satunya adalah penyandang disabilitas yang semakin terisolasi," terangnya.

Ia menuturkan, melalui kajian ini kami melihat bentuk-bentuk kekerasan berbasis gender yang dialami oleh masyarakat di pesisir, khususnya di desa-desa tenggelam

"Dari kajian inilah kami menemukan sosok Turiyah dan Agus Priyanto (45), kawan-kawan disabilitas yang terjebak dan butuh dukungan komprehensif dari pemerintah daerah," terangnya.

BACA JUGA:Pembangunan Desa Berkelanjutan, Anggaran BKK Demak Rp38 Miliar

BACA JUGA:Gelar Bansos Warga di Pesisir, Polres Demak Bagikan Ratusan Sembako Hingga Sajadah

"Dukungan itu bukan hanya sekedar fasilitas seperti sembako, tapi juga fasilitas lain seperti jalan, kesehatan dan terpenting adalah pengakuan identitas bahwa mereka ini adalah warga dari dukuh Timbulsloko,” jelasnya.

Perempuan disabilitas warga Dukuh Timbulsloko yang bernama Turiyah (39) tahun mengaku belum memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP). Ia mulai lumpuh 2009 akibat kecelakaan dan semenjak dukuh Timbulsloko mulai tenggelam pada 2010, Turiyah tidak pernah keluar dari Dukuh Timbulsloko. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: