Tidak Ikut Posyandu, Angka Stunting di Kota Semarang Naik

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Mochamad Abdul Hakam memaparkan kasus kenaikan stunting di Kota Semarang, Rabu 13 November 2024.--Wahyu sulistiyawan
"Secara teori tidak semua anak itu bisa kita kasih 3 bulan kemudian lulus, ada yang kemudian seminggu sakit. Apalagi musim seperti ini, kekebalan nggak bagus sekali sakit turun lagi berat badan, tinggi badannya enggak mau naik," tambahnya.
Hakam menjelaskan, selain Pemberian Makanan Tambahan (PMT) tentunya imunisasi juga dapat mencegah penyakit dan pemberian makanan utama dari orang tua. Pemberian gizi kepada anak kurang, karena kalori yang didapat dalam satu hari ke anak harus 1400 kalori sedangkan yang diberikan orang tua hanya 1100 kalori.
BACA JUGA:Ikut Tuntaskan ODF dan Turunkan Stunting, PT BPI Raih Apresiasi Pemkab Batang di Bidang Kesehatan
BACA JUGA:Pemkab Wonosobo Gelar Rembuk Stunting Jilid II, Upaya Penguatan Intervensi Pencegahan Stunting
"Kenapa di Semarang Utara dan Timur kasus stuntingnya tinggi, karena yang bermasalah dengan gizi cukup banyak. Misal nilai gizi yang diberikan dalam satu hari 1400 kalori, ini cuma 1100 kalori. Padahal itu sudah mutlak harus 1400 kaloti," tegasnya.
Ia juga mencontohkan faktor yang mendorong naiknya kasus stunting juga dari lingkungan. "Contohnya, rumah tidak layak, sanitasi dan kebutuhan air bersih, dan ini sudah kita rapatkan dengan teman-teman kecamatan terkasit lingkungan," bebernya.
Hakam menyimpuklan, kenaikan kasus stunting pada Oktober 2024 ini dikarenakan beberapa faktor, tidak aktifnya dalam posyandu, lingkungan, ekonomi dan penyakit penyerta
"Stanting harus kita harus bisa prediksikan.kira-kira ada berapa. Karena semuanya itu harus di intervensi tidak hanya yang stunting, ibu hamil yang Kekurangan Energi Kronis (KEK), anemia itu nanti akan kita rekap semua," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: