Warung Kopi Mbah Ito, WarKop Legendaris di Lamongan yang Mempunyai 7 Hal Menarik

Ampas kopi yang telah mengisi wadah biasanya akan dibuang agar wadahnya dapat digunakan kembali. Tapi kadang ada orang yang minta untuk dibuat pupuk, juga minuman untuk hewan seperti sapi.

Pelanggannya berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pejabat di Lamongan hingga masyarakat biasa. Banyak pelanggan yang telah menjadi langganan sejak sekolah hingga sudah berkeluarga.

Tak hanya menikmati kopi di tempat, ada juga pelanggan yang memilih membeli kopi bubuk untuk diseduh di rumah.

Tidak sedikit pula pelanggan dari luar kota yang memesan secara online melalui pesan WhatsApp, seperti dari Banjarmasin, Papua, dan Jakarta. Tapi perlu diingat bahwa kopi ini belum tersedia di e-commerce.

BACA JUGA: Kuliner di Cangkringan: Nikmati 5 Hidangan Khas Pegunungan Jogja dan Pemandangan Alam yang Inda

6. Menu dan Sehari-hari Warung

Gelar "kopi yang melegenda" tidak membuat pengelola Warung Mbah Ito menaikkan harga. Seperti warung kopi pada umumnya, Pak Aris dan beberapa karyawan menetapkan harga kopi sebesar Rp4 ribu rupiah.

Selain kopi hitam, menu khas lainnya termasuk kopi susu (Rp5 ribu), sutik (susu sitik) yaitu kopi plus susu sedikit (Rp4.500), dan neskop (nescafe + kopi + gula) (Rp4 ribu). 

Ada satu lagi yang agak unik, beberapa orang yang mengaku pecinta kopi tidak mau diberi gula, mereka hanya ingin kopi.

Bahkan ampasnya mereka makan. Dalam sehari, Warung KopiMbah Ito ini bisa menggunakan bubuk kopi hingga 20 kilogram.

Hal ini wajar mengingat Warung Kopi Mbah Ito selalu ramai, buka dari pukul setengah enam pagi hingga tutup tengah malam.

Untuk mengatasi tingginya kunjungan, Warung Kopi Mbah Ito memiliki enam karyawan dan dibagi menjadi dua shift, siang dan malam.

BACA JUGA:Mencicipi Kuliner di Pasar Gede, Mulai Dari Legendaris Sampai Modern Ada Semua!

7. Cabang Baru, Mbah Ito 2

Cabang Warung Kopi Mbah Ito 2 buka pada tahun 2020. Meskipun berdiri tidak begitu saja, cabang kedua ini membutuhkan usaha keras yang cukup besar. Lokasi kedua ini awalnya dipenuhi oleh pohon pisang dan semak belukar.

Sumber: