Keturunan Ke-7 Pangeran Sambernyawa Ajak Salatiga Menggali Potensi Budaya

Keturunan Ke-7 Pangeran Sambernyawa  Ajak Salatiga Menggali Potensi Budaya

MEMPERINGATI : Talk Show DPRD Salatiga memperingati Hari Kebangkitan Nasional Tahun 2025 menghadirkan Kanjeng Pangeran Dr JR Eri Ratmanto Dwijonagoro. Foto : Nena Rna Basri--

SALATIGA, diswayjateng.id - Kanjeng Pangeran Dr. JR Eri Ratmanto Dwijonagoro.,S.Th.M. MIS. MTH. M., Sic., MKes mengajak Salatiga terus menggali potensi budaya lokal.


Ada beberapa potensi Kota Salatiga yang selama ini masih berkiblat pada daerah/ kerajaan Yogyakarta atau Surakarta.

Padahal, Kanjeng Pangeran J Eri Ratmanto Dwijonagoro menyebutkan Kota Salatiga kaya akan potensi budaya diantaranya batik khas Salatiga, atau pun kesenian tariannya.

Harapan ini dilontarkan Kanjeng Pangeran J Eri Ratmanto Dwijonagoro saat menjadi pembicara Tunggal Talk Show "Melangit Dalam Karya Membumi Dalam Budaya" diinisiasi DPRD Kota Salatiga, Kamis 22 Mei 2025. 

BACA JUGA: Cegah Masuknya Sapi Tidak Sehat, Disnakkan Grobogan Berlakukan Skrining Jelang IdulAdha 2025

BACA JUGA: Gubernur Jateng Minta Percepatan Revitalisasi Pelabuhan Tanjung Emas dalam Setahun



Sebenarnya, Talk Show memperingati Hari Kebangkitan Nasional Tahun 2025 berlangsung di Ruang Bhineka Tunggal Ika Gedung DPRD Salatiga menghadirkan Sri Paduka KAPPA Mangkunegara X GPH Bhre Rahutomo Wira Sudjiwo., SH.

Namun, di menit terakhir Sri Paduka KAPPA Mangkunegara X GPH Bhre Rahutomo Wira Sudjiwo., SH., berhalangan hadir dan digantikan Kanjeng Pangeran J Eri Ratmanto Dwijonagoro.

Sebelumnya, Talk Show dengan moderator Ketua DPRD Salatiga Dance Ishak Palit dihadiri seluruh anggota DPRD Salatiga, Forkopimda atau yang mewakili, pelaku budaya, pelaku kesenian, kelompok organisasi kewanitaan peneliti, bahkan praktisi serta akademisi dibuka dengan tarian Gambyong Retno Kusuma. Dimana Tarian Gambyong Kusuma menjadi tarian pembuka acara dihadiri

Disampaikan Kanjeng Pangeran J Eri Ratmanto Dwijonagoro, apa yang khas Salatiga baiknya dimunculkan lagi.
"Agar generasi muda mengenal budaya Salatiga," ungkapnya.

BACA JUGA: Gagalkan Tawuran di Batang, Aparat Gabungan Tangkap Pemuda Bercerulit dan Sita 4 Sajam

BACA JUGA: Viralnya Tugu Bekicot di Grobogan Disebut-sebut Hanya Menelan Biaya Rp100 juta, Sesuai Harapan Netizen

Keturunan ke-7 Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara yang memiliki nama lahir Raden Mas Said dan dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa, Kanjeng Pangeran J Eri Ratmanto Dwijonagoro menyebutkan, Salatiga berperan dalam sejarah juga kerajaan di Jawa.



"Dan budaya terbentuknya istana-istana setelah Kerajaan Mataram Islam dipecah oleh VOC Belanda menjadi tiga bagian lewat Perjanjian Salatiga 1577," terangnya.

Sementara, Ketua DPRD Kota Salatiga Dance Ishak Palit menyampaikan Salatiga memiliki warisan sejarah dan budaya yaitu Gedung Pakuwon yang menjadi tempat  Perjanjian Salatiga.

Dance menilai, tekanan modernisasi kepada generasi muda lanjutnya menjadi tantangan tersendiri. Sehingga, harus ada rumusan budaya untuk generasi muda agar generasi muda tidak buta akan budaya dan bisa dekat dengan budaya. 

BACA JUGA: Komisi A DPRD Kabupaten Pemalang Minta Pemkab segera Selesaikan Perbup LPPL

BACA JUGA: Pemkot Semarang Resmi Luncurkan PBG untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah, Tanpa Biaya Retribusi!

Modernisasi saat ini begitu hebat dan generasi muda sudah sibuk dengan dunia digital sehingga lupa akan budaya dan sejarahnya.

"Pendekatan budaya lewat kegiatan seperti saat ini diharapkan menjadi upaya pendekatan budaya yang bisa merekatkan Salatiga sebagai kota toleransi, generasi muda harus itu," kata Dance.

Ditengah memperingati Hari Kebangkitan Nasional, DPRD Salatiga sengaja mengusung tema budaya, bukan politik.

"Sehingga dengan tema budaya ini menanamkan jatidiri kepada generasi muda," imbuhnya.

BACA JUGA: Penyerahan SK PNS 2025, Wali Kota Semarang Harap CPNS Lebih Kreatif dan Adaptif

BACA JUGA: Daftar Ide Bisnis UMKM yang Menjanjikan, Hasilkan Rp500 Ribu Seharinya

Menurut Dance, pendekatan budaya merupakan pendekatan yang memiliki efek luar biasa dalam kehidupan social masyarakat Salatiga dibandingkan pendekatan agama.

Ia mencontohkan bahwa Kota Salatiga selama tujuh kali berturut mendapat predikat kota toleran se-Indonesia.
"Saya kira pendekatan dalam bertoleransi ini yang paling ampuh adalah pendekatan budaya, karena pendekatan budaya membawa nilai-nilai kearifan lokal," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait