INFO BUAT ABAH.. Di media, ada berita penembakan lagi di US. Tepatnya Ohio. Penembakan dilakulan oleh Polisi. Terhadap seseorang yang dikejar oleh 8 (delapan) Polisi. Tetapi lari. Atau melarikan diri. Jumlah tembakan, sampai 46 (empat puluh enam) kali tembakan. Tetapi Abah jangan menulis tentang ini ya.. Lebih baik Abah menulis penembakan yang ada di negeri sendiri. Meski mungkin sensitif.. Saya yakin Abah punya tip n trick. Sebagai wartawan Disway paling senior.. Supaya tidak ada yang marah..
Johannes Kitono:
Salut buat Prof Nidom dengan PNF nya yang tetap konsisten melakukan penelitian yang kendala utamanya adalah biaya. Daripada memakai sample ikan Hiu ( Charcharias sp 34 ) kenapa tidak memakai sample ikan gabus ( channa striata ) atau ikan lele ( clarias sp ) yang relatif lebih gampang diperoleh. Ikan gabus yang disebut juga snake head bisa bertahan hidup berbulan bulan diperairan yang berlumpur dan dagingnya merupakan bahan baku Albumin,obat CA. Sedangkan ikan lele daya hidupnya tinggi. Biar dipotong sebagian badannya tetap masih hidup. Perlu dikaji apakah ada korelasinya antara konsumsi pecal lele dengan daya tahan hidup rakyat Indonesia yang tinggi pada saat pandemi ini.
Harun Sohar:
Anda sudah tahu, Presiden Jokowi pernah marah, sampai mengatakan kita ini bodoh. APBN 500 triliun lebih pun APBD 500 triliun lebih pula, sebagian besar digunakan untuk beli barang impor. Presiden menginginkan APBN dan APBD digunakan untuk produk dalam negeri. Lha mbok itu yang diriset, tidak usah yang di awang-awang, yang ruwet dan tidak membumi. Kalau saja riset kebutuhan barang dalam negeri (yang dibutuhkan untuk menyerap APBN dan APBD) akurat maka penghematan anggaran negara akan sangat tinggi. Dus perputaran ekonomi dalam negeri akan bertambah besar. Kalau proposal bagus pemerintah pasti setuju.
Johannes Kitono:
Ketika menghadiri Seminar Budidaya udang di Bangkok dengan pembicaranya pakar pakar budidaya dari Asia Tenggara, seperti Thailand, Taiwan, Indonesia dan Philipina. Ada pertanyaan yang menarik dari peserta ketika Dr Pinij Kungvankij dari Thailand memaparkan sejarah budidaya Udang di Thailand. Kenapa budidaya udang di Thailand dengan garis pantai 2.600 km lebih berhasil dari regional lainnya. Misalnya, Indonesia yang mempunyai garis pantai 920.000 km atau no 2 sesudah Canada. Jawabannya sederhana : Petambak udang Thailand tidak bisa bahasa Inggris. Tidak bisa baca teori teori budidaya yang biasanya dalam buku bahasa Inggris. Mereka harus penuh inisiatip dan berani mencoba kalau sudah dikasih contoh oleh teknical service atau penyuluh pertanian dari swasta/ pemerintah. Misalnya,kincir Nanrong 2 pk made in Taiwan yang mahal di ganti dengan kincir long arm made in Kubota atau Dong Feng yang harganya 1/10 dari harga Nan Rong. Hasilnya, Thailand merupakan penghasil udang budidaya besar di dunia.
thamrindahlan:
Prof Dr Chairul Anwat Nidom contoh peneliti mandiri. Salut. Tak banyak bicara menghasilkan karya bermanfaat untuk kemaslahatan manusia.. Teruskan Abah topik penelitian sampai 5 seri agar muncul dan tersiar peneliti sejati mandiri peduli kemanusiaan tetapin tidak mengharapkan peduli birokrat. Awak tak berani singgung BRIN kuatir ada yang tersinggung. Sematkan baju dhuafa dengan peniti / Agar rak terlihat robek menganga / Syarat Peneliti harus jeli teliti / Hasilkan perubahan untuk dunia / Salam Hormat Untuk Prof Chairul Anwar Nidom and his crew. Salamsalaman.
DeniK:
Jiwa jurnalistik Abah meronta-ronta. Ingin meliput peristiwa yang terjadi di Duren 3. Apa daya yang terlibat aparatur negara. Pasti banyak kendala. Mungkin juga disway jadi tinggal nama. Banyak wartawan muda tapi mereka kurang peka , mungkin karena terlalu banyak foya-foya. Yang di beritakan hanya kulit nya sahaja.
supri yanto:
Demo yg atraktif, Demo yg inspiratif, Demo yg murni dr hati, U kemaslahatan ummat bumi, Bukan demo Abal Abal, Bukan Foundation Abal Abal, Yg meng andalkan anggaran, Pun sedekah dan jariah, Yg kapan itu TDK terlalu silam , Ditilep dan di embat tanpa hati, Duuhhh, rasanya " nggegirisi", Tega dan melas ati, Ampai Pak Prof pun hanya makan mie, Ampun,ampun,o begini to nasib Peneliti "kami". Semoga Demo Abah yg ber seri ini, Mengetuk hati, Penguasa Negri dan Penghuni Negri, O Indonesiaku, Jng kau ulangi ,kesalahan yg ber"tubi tubi" Selalu Semangat lah para "Peneliti", Engkau ditunggu Ibu Pertiwi.
Mirza Mirwan:
Hanya meluruskan, sekaligus menambahkan. Pak DI menulis, "Juni kemarin transplantasi serupa berhasil dilakukan lagi. Sekaligus untuk dua orang. Kali ini di New York, USA. Di New York University. Yang melakukan: Dr. Nader Moazami....". Dua operasi transplantasi jantung babi di NYU Langone Health itu berlangsung tanggal 16 Juni dan 6 Juli (berselang 20 hari). Resipien yang 16 Juni adalah Lawrence Kelly, 72, veteran Perang Vietnam, dari Pennsylvania. Sedang resipien yang 16 Juli adalah seorang wanita mantan guru, Alva Capuano, 64, dari Stuyvesant Town, Manhattan, NYC. Berbeda dengan David Bennet dulu itu, yang jelas masih hidup, baik Pak Lawrence maupun Bu Alva sudah sama-sama meninggal, tepatnya "brain-dead" (mati otak). Juga sama-sama punya riwayat penyakit jantung cukup lama. Setidaknya sampai kemarin tubuh kedua resipien tidak memperlihatkan tetanda menolak jantung babi itu. Selamat pagi semuanya.
Jhelang Annovasho: