PKL Pujasera Jalan Melati Kota Tegal Keluhkan Omzet yang Turun Drastis

PKL Pujasera Jalan Melati Kota Tegal Keluhkan Omzet yang Turun Drastis

AUDIENSI - Komisi II DPRD Kota Tegal menerima audiensi PKL Pujasera Jalan Melati di Ruang Rapat Komisi II DPRD Kota Tegal.Foto:K Anam S/diswayjateng.id--

TEGAL, diswayjateng.id - Pedagang Kaki Lima (PKL) Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) Jalan Melati Kota Tegal mengeluhkan pendapatan atau omzet mereka mengalami penurunan drastis dibandingkan dengan saat berjualan di lokasi yang lama sebelum dipindah pertengahan Januari lalu, yaitu di Jalan RA Kartini, Jalan Menteri Supeno, dan Jalan KH Ahmad Dahlan.

Dari hari ke hari, PKL merasa relokasi yang dilakukan hasilnya tidak seindah yang dibayangkan. “Kami sudah berjualan di Pujasera Jalan Melati dua bulan lebih. Namun, tidak sesuai ekspektasi. Omzet dari hari ke hari menurun drastis,” keluh PKL Jalan Melati Fanny Novalasari saat beraudiensi dengan Komisi II DPRD Kota Tegal.

Kehadiran PKL diterima Wakil Ketua DPRD Wasmad Edi Susilo bersama Ketua Komisi II Zaenal Nurohman, Wakil Ketua Komisi II Ratna Edy Suripno, Anggota Komisi II Anshori Faqih, Sugiyono, Enny Yuningsih, dan Moh Ilyas. Hadir Asisten I Sekretaris Daerah Cucuk Daryanto, Kepala Dinkop UKM Perdagangan M Rudy Herstyawan, dan Sekretaris Dinas Perhubungan Teguh Prihanto.

Fanny menceritakan, ada PKL yang perharinya hanya mendapatkan omzet Rp5.000. Padahal, rumahnya jauh, di Adiwerna. Ada PKL yang tidak laku sama sekali, dan akhirnya jualannya terpaksa dibagi-bagi. “Ini tidak mengada-ngada, apa adanya. Dulu, jika Ramadan omzet naik dua kali lipat, sekarang, tidak naik, cenderung turun,” ucap Fanny.

BACA JUGA:Komisi II DPRD Kota Tegal Desak Penyesuaian Gaji Tenaga Outsourcing Pemkot

BACA JUGA:Komisi II DPRD Kota Tegal Ingatkan Tempat Relokasi PKL Harus Layak

Di depan Pujasera Jalan Melati memang terlihat banyak sepeda motor yang parkir. Namun, menurut Fanny, sepeda motor tersebut kebanyakan milik PKL sendiri, sejumlah seratus sepeda motor lebih. Sehingga, terkesan ramai pembeli. Tidak hanya PKL di bagian belakang, beberapa PKL di bagian depan juga merasakan sepinya pembeli. 

PKL banyak menerima keluhan pengunjung yang kesulitan mencari langganannya, karena desain Pujasera mengharuskan mereka berputar. Di samping itu, karena lokasinya sempit, PKL berdesakan dan menimbulkan kesan kumuh. Apalagi, jika hujan. “Kalau sudah mendung, mending kami tidak berjualan. Daripada nombok,” ungkap Fanny.

Pengunjung, lanjut Fanny, juga mengeluhkan tarif parkir kendaraan yang dipatok Rp2.000 sampai Rp3.000. Tarif tersebut memberatkan pengunjung dan berdampak pada kunjungan ke Pujasera. Seperti sudah jatuh tertimpa tangga, selain menurun drastisnya omzet dan sepinya pembeli, PKL dibebani banyaknya pungutan yang wajib dibayarkan setiap harinya. 

Baik yang dibayarkan untuk keamanan, listrik, maupun kebersihan. Jika dihitung, PKL harus mengeluarkan Rp11.000 sampai Rp16.000 untuk membayar pungutan tersebut. Ini dirasakan sangat memberatkan karena PKL baru saja menata diri dari tempat lama ke tempat baru, dan harus memulai dari nol karena banyak pelanggan yang lari.

BACA JUGA:Komisi II DPRD Kota Tegal Dorong Peningkatan Sarpras dan SDM

BACA JUGA:Ketua Komisi II DPRD Kota Tegal Harap Kenaikan UMK Sejahterakan Pekerja

Di Pujasera rata-rata merupakan tulang punggung, artinya mata pencahariannya sebagai pedagang untuk menghidupi keluarganya. Dulu mereka merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sekarang untuk modal jualan esok hari saja kebingungan. Penjual sekoteng bahkan harus menjual pelek dan sepatu untuk modal agar bisa berjualan lagi. “Saking tidak lakunya,” imbuh Fanny.

Fanny sendiri yang berjualan salad buah sekarang tidak berani memperkerjakan karyawan sebagaimana saat dia berjualan di Jalan Menteri Supeno. Ditambahkan Fanny, PKL juga ditagih pembayaran listrik untuk tanggal 26 sampai 30 Maret yang harus dibayar kontan di depan. Mereka mempertanyakan mengapa tidak ditarik setelah Lebaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: