Puluhan Warga Pekalongan Lapor Polisi Dana Bansosnya Hilang
Rombongan ibu rumah tangga saat melaporkan bansos di Polres Pekalongan--Mukhtarom
PEKALONGAN, diswayjateng.id - Sebanyak puluhan penerima bantuan sosial (bansos) dari Desa Notogiwang, Kecamatan Paninggaran, Kabupaten PEKALONGAN, mendatangi Polres PEKALONGAN pada Selasa (10/06) untuk melaporkan hilangnya dana bansos yang seharusnya mereka terima dalam dua tahun terakhir.
Kehilangan dana tersebut dibuktikan dengan rekening koran para penerima manfaat yang menunjukkan adanya transaksi mencurigakan, meskipun mereka tidak pernah melakukan penarikan. Yang lebih memprihatinkan, para warga mengaku tidak pernah memegang kartu ATM mereka sendiri.
Salah satu korban, Meisaroh (29), saat di Mapolres Pekalongan, mengungkapkan bahwa ia menerima bansos berupa BPNT dan PKH sejak 2021. BPNT senilai Rp 600 ribu diberikan setiap tiga bulan, sedangkan PKH sebesar Rp 1,5 juta. Namun, ia mengaku tidak pernah memegang kartu ATM karena selalu dihubungi oleh seorang petugas desa. Sejak 2023, bansos tersebut tidak lagi diterimanya. Ia justru mengetahui bahwa dirinya masih terdaftar sebagai penerima setelah didatangi petugas pendamping PKH Kecamatan.
"Ya, tahunya saya dapat PKH itu ada Pendamping PKH survai ke rumah, katanya saya dapat bantuan, terus menanyakan kartu (ATM). Tapi saya bilang saja, saya tidak pernah menerima kartu," ujarnya.
Bersama warga lainnya, Meisaroh kemudian mendatangi bank bersama pendamping kecamatan untuk membuat kartu ATM baru. Namun, alih-alih mendapatkan kartu, mereka justru menemukan bahwa dana mereka telah raib setelah mencetak rekening tabungan.
"Sudah cetak rekening sampai tahap pertama tahun ini, total Rp 6,9 juta yang hilang," tuturnya.
Kasus serupa dialami oleh Kasni (65). Ia mengaku menerima PKH lansia sebesar Rp 1,85 juta sebanyak enam kali sejak 2018, namun setelah itu tidak lagi mendapat bantuan.
"Saya hanya menerima enam kali. Setelah itu tidak dapat lagi. Kartu ATM baru diberi tiga bulan lalu, itupun sudah tidak berlaku," kata Kasni.
Ia baru menyadari bahwa dana tersebut seharusnya masih ada setelah mencetak rekening koran.
Slamet Taufik, petugas pendamping PKH Kecamatan, menjelaskan awal mula terungkapnya kasus ini. Pada 20 April, ia menerima notifikasi tentang 18 penerima PKH baru yang sebelumnya mendapat bantuan sembako. Saat melakukan pengecekan, ia menemukan bahwa 11 orang mengaku memiliki kartu ATM, sedangkan 6 lainnya tidak.
"Saya bawa 6 orang ke BNI untuk membuat kartu ATM baru. Ternyata setelah dicek, saldonya sudah ditarik, akhirnya muncul masalah ini," ungkap Slamet.
"Diantara yang saya bawa ke BNI masih menjadi penerima aktif, tapi saldo sudah tidak ada. Kita cek, sudah ada transaksi, tapi si penerima katanya belum pernah menerima, kan aneh," tambahnya.
Atas temuan ini, warga segera mencetak rekening koran dan melaporkan kasus tersebut ke Polres Pekalongan.
Heru Adi Irawan, pendamping hukum warga, menyatakan bahwa laporan ini terkait dugaan penyelewengan dana bansos tanpa sepengetahuan para KPM (Keluarga Penerima Manfaat). Menurutnya, aksi ini terjadi sejak 2023 hingga 2025, dengan sekitar 140 KPM yang menjadi korban.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: