Mengenal 8 Upacara Adat di Jawa Tengah
Mengenal 8 Upacara Adat di Jawa Tengah-Tangkapan layar diswayjateng.id-
diswayjateng.id - Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budaya. Salah satu provinsi yang mencerminkan kekayaan tersebut adalah Jawa Tengah, yang memiliki Semarang sebagai ibukotanya.
Selain terkenal dengan kuliner, tarian, dan lagu-lagu daerah, adapula upacara adat di Jawa Tengah yang masih dilestarikan.
Setiap upacara adat memiliki makna dan tujuan yang unik. Di Jawa Tengah, masyarakat masih melaksanakan berbagai upacara adat hingga saat ini.
Berdasarkan kutipan Traveloka, berikut adalah beberapa upacara adat yang sering dijumpai di berbagai daerah, baik di kota kecil maupun kota besar di Jawa Tengah:
BACA JUGA:7 Lagu Daerah Jawa Tengah yang Populer dan Maknanya
BACA JUGA:Mengenal Budaya Jawa Tengah yang Menarik dan Populer
Berikut adalah Upacara Adat di Jawa Tengah
1. Upacara Nyadran
Nyadran adalah upacara yang juga berkaitan dengan bulan Ramadhan. Dalam menyambut kedatangan Ramadhan, masyarakat berkumpul untuk melaksanakan doa-doa, diikuti dengan makan bersama di tempat yang telah disiapkan.
Asal-usul Upacara Nyadran sebenarnya berasal dari tradisi Hindu dan Buddha, yang kemudian diadaptasi oleh Walisongo. Dalam sejarahnya, mereka berusaha agar bacaan Al Quran dapat diterima oleh masyarakat Jawa Tengah yang pada waktu itu masih sangat dipengaruhi oleh ajaran Hindu dan Buddha.
Sebagai bagian dari tradisi Nyadran dalam menyambut bulan Ramadhan, masyarakat biasanya melakukan ziarah ke makam keluarga dan leluhur mereka. Kegiatan berziarah ini menjadi pengingat akan pentingnya kehidupan dan kematian.
2. Upacara Ruwatan
Salah satu upacara yang diyakini oleh masyarakat Jawa Tengah dapat mengusir kesialan adalah Upacara Ruwatan. Dalam bahasa Jawa, Ruwatan berarti "dibebaskan" atau "dilepaskan". Masyarakat percaya bahwa upacara ini mampu membebaskan seseorang dari hukuman atau kutukan yang dapat membahayakan dirinya.
Asal-usul Ruwatan berkaitan dengan kisah pewayangan, di mana Batarakala lahir dari hubungan antara Batara Guru dan Selir. Batarakala tumbuh menjadi sosok yang jahat karena Batara Guru tidak mampu menahan nafsunya.
Ia kemudian meminta izin kepada Batara Guru untuk memakan manusia, dengan syarat hanya mengincar Wong Sukerta atau orang yang dianggap sial, seperti anak tunggal.
Upacara Ruwatan terdiri dari beberapa tahapan, termasuk siraman, penyajian sesajen, pemotongan rambut, dan tirakat.
3. Upacara Padusan
Upacara Padusan merupakan tradisi yang berasal dari Walisongo, yang menggabungkan unsur budaya Hindu dan Islam. Kata "Padusan" diambil dari istilah "adus" dalam bahasa Jawa, yang berarti mandi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: