Operasi Pekat Polres Batang: 7 Pasangan Mesum Terjaring, Ada Anak-anak

"Dua pasangan ternyata masih anak-anak. Ini jadi perhatian serius kami, karena menyangkut masa depan generasi muda," kata Maulidya tegas.

Polres Batang menyatakan bahwa sebagian besar pasangan ini mengaku berkenalan lewat media sosial, lalu memilih rumah kos sebagai tempat bertemu karena tidak ada pengawasan ketat.

"Kos-kosan sekarang banyak yang longgar. Tidak semua pemilik selektif memilih penghuni, ini celah yang dimanfaatkan," lanjut Maulidya.

Pasangan-pasangan yang terjaring tidak langsung dikenai sanksi hukum.

Sebagai gantinya, Polres menerapkan pendekatan persuasif: pembinaan dan penandatanganan surat pernyataan agar tak mengulangi perbuatan.

Untuk anak di bawah umur, orang tua mereka dipanggil untuk diberikan edukasi bersama.

Langkah ini dinilai lebih membumi ketimbang langsung represif, karena menyasar akar masalah—yakni pengawasan keluarga dan pemahaman sosial.

Razia pekat hanyalah salah satu dari pendekatan polisi.

Program edukasi akan digalakkan melalui inisiatif Polisi Masuk Sekolah, kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kemenag, serta pelibatan tokoh agama dan masyarakat.

"Kami ingin menciptakan benteng sosial melalui edukasi yang masif, dari sekolah hingga pesantren," ucap Maulidya.

Polisi juga akan menyasar tempat rawan seperti hotel melati, tempat hiburan malam, dan area kos-kosan lainnya.

Sasaran utamanya adalah kelompok muda, terutama pelajar dan remaja yang rentan terjerumus dalam pergaulan bebas.

"Efek jera penting, tapi mencegah jauh lebih utama," tandas Maulidya.

Fenomena ini membuka mata banyak pihak bahwa pergaulan bebas di Batang bukan lagi isu kasuistik, melainkan gejala sosial yang butuh pendekatan komprehensif.

Razia seperti ini menunjukkan bahwa tantangan besar masih terbentang di depan, terutama dalam hal pengawasan anak-anak dan pembinaan karakter sejak dini.

Sumber: