Rakor Penurunan AKI–AKB 2025, Tren Kasus Kematian Bayi di Salatiga Perlu Perhatian Serius
ARAHAN : Wali Kota Salatiga Robby Hernawan saat memberikan arahan ditengah Rapat Koordinasi (Rakor) Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) Kota Salatiga Tahun 2025 di Hotel Gosyen, Selasa 9 Desember 2025. Foto: Ist/ Erna Yunus Ba--
SALATIGA, diswayjateng.com - Berdasarkan laporan kematian dari Aplikasi Maternal Perinatal Death Notification (MPDN) dan aplikasi Sigizi Kesga, tren kasus di Kota Salatiga hingga tahun 2025 menunjukkan perhatian serius, terutama pada kasus kematian bayi.
Fakta ini terungkap saat Rapat Koordinasi (Rakor) Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) Kota Salatiga Tahun 2025 di Hotel Gosyen, Selasa 9 Desember 2025.
Pertemuan dihadiri Wali Kota Salatiga Robby Hernawan, Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga dr Prasit Al Hakim, dan seluruh dokter anak dan dokter spesialis kebidanan (Obgyn) dari rumah sakit jejaring.
Rapat ini sekaligus, menjadi momentum untuk mengevaluasi data sekaligus merumuskan strategi penanganan bersama.
Dalam fakta juga disampaikan, dari temuan Audit Maternal dan Perinatal (AMP) mengidentifikasi sejumlah faktor medis maupun non-medis yang menyebabkan kematian ibu dan bayi terdapat beberapa faktor.
Diantaranya, ketidaktepatan waktu rujukan, keterlambatan diagnosis, ketidakpatuhan pasien, serta belum optimalnya sarana, prasarana, dan kompetensi SDM.
Dan kematian bayi didominasi oleh kasus Asfiksia berat dan Hipoksia Intrauterine (IUFD).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga, dr. Prasit, menegaskan bahwa strategi penurunan AKI dan AKB akan difokuskan pada peningkatan akses pelayanan.
"Termasuk, peningkatan kualitas perawatan, pemberdayaan masyarakat, serta penguatan tata kelola kesehatan," ungkap dr Prasit Al Hakim.
Pihaknya akan memperkuat tata kelola dengan meningkatkan KIE kehamilan, mengoptimalkan Posyandu, dan memaksimalkan penggunaan Buku KIA.
Sementara, menindaklanjuti hasil audit Wali Kota Salatiga, dr. Robby Hernawan, Sp. OG., mengarahkan langkah strategis yang harus dilakukan secara terpadu.
"Rumah Sakit didorong untuk menjamin mutu pelayanan kesehatan sesuai standar, termasuk penguatan manajemen Asfiksia terutama pada bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), menerapkan tindakan medis sesuai SOP," paparnya.
Selain itu, RS juga harus dilengkapi sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kualitas layanan.
Sementara itu, Dinas Kesehatan bersama masyarakat perlu mengoptimalkan penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), memperkuat komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terkait pengaturan kehamilan, memastikan ibu hamil memperoleh dukungan keluarga dan lingkungan, memanfaatkan Posyandu untuk deteksi dini pertumbuhan balita, serta mengoptimalkan rumah pemulihan gizi sebagai tempat rujukan balita bermasalah gizi.
Selain itu, lanjut dia, penguatan jejaring dan koordinasi lintas sektor menjadi bagian penting dalam menurunkan AKI dan AKB.
Robby juga menyampaikan apresiasi tinggi atas kinerja Dinas Kesehatan Kota Salatiga serta dedikasi para dokter anak dan dokter Obgyn.
Penghargaan tertinggi diberikan kepada para dokter Obgyn dan dokter anak dari seluruh rumah sakit jejaring.
Dan kehadiran para dokter ini dinilai Robby, menunjukkan komitmen bersama yang kuat untuk memperkuat layanan maternal dan neonatal di Kota Salatiga.
"Atas nama Pemerintah Kota Salatiga, saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Dinas Kesehatan yang terus berupaya menurunkan AKI dan AKB melalui berbagai program," imbuhnya.
Seluruh pemangku kepentingan diingatkannya, untuk memastikan setiap ibu dan bayi mendapatkan layanan terbaik, karena kerja sama yang konsisten dan berkesinambungan menjadi kunci tercapainya target penurunan kasus hingga menuju nol kematian.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
