Larung sesaji adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat pesisir di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah, sebagai ungkapan rasa syukur dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini biasanya dilakukan dengan melarung berbagai sesaji ke laut.
Waktu pelaksanaan larung sesaji bervariasi di setiap daerah. Umumnya, tradisi ini dilaksanakan pada bulan Suro atau Syawal dalam penanggalan Jawa. Sesaji yang dilarung biasanya terdiri dari berbagai hasil bumi, seperti padi, jagung, dan buah-buahan.
6. Tingkeban
Tingkeban adalah tradisi yang ada di Jawa Tengah yang dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan. Tradisi ini juga dikenal dengan sebutan mitoni, yang berasal dari kata "pitu" yang berarti tujuh. Tujuan dari pelaksanaan tradisi ini adalah untuk memohon keselamatan dan kelancaran saat persalinan.
Selain itu, tingkeban juga merupakan ungkapan syukur atas kehamilan yang telah mencapai tujuh bulan. Prosesi tingkeban biasanya dimulai dengan mandi air kembang, doa bersama, dan diakhiri dengan selamatan berupa kenduri.
BACA JUGA:Tradisi Kearifan Lokal Jawa Tengah Yang Unik favorit Wisatawan
7. Syawalan
Sebagai masyarakat yang mayoritas beragama Islam, masyarakat Jawa Tengah memiliki tradisi yang dilaksanakan setelah lebaran atau pada bulan Syawal, yang dikenal dengan nama Syawalan.
Kegiatan ini biasanya dimulai satu minggu setelah hari raya Idul Fitri, dengan setiap daerah memiliki kebiasaan yang berbeda dalam melaksanakannya.
Namun, tujuan utama dari Syawalan adalah untuk saling bermaaf-maafan dan mempererat silaturahmi. Tradisi ini bermula dari kedatangan para Walisongo yang menggabungkan dua tradisi untuk menciptakan kerukunan dalam masyarakat.
Hingga saat ini, Syawalan masih dirayakan dengan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk bersyukur, saling memaafkan, dan menjalin hubungan sosial.
8. Popokan
Dikenal juga sebagai Perang Lumpur Sendang, popokan adalah ritual yang dilakukan setiap tahunnya oleh masyarakat di Desa Sendang, Semarang, Jawa Tengah. Tradisi ini merupakan wujud rasa syukur atas panen padi yang berlimpah dan simbol pembersihan untuk menangkal roh jahat dan membawa kesejahteraan.
Puncak dari tradisi Popokan adalah perang lumpur, para peserta saling melempar lumpur yang melambangkan kesuburan dan kelimpahan. Adapun rangkaian acara ini dimulai dari persiapan sebelum popokan, lalu prosesi yang diiringi dengan alunan musik.
Lalu diikuti dengan perang lumpur dan tumpengan. Tradisi ini akan sangat meriah karena dilengkapi dengan pertunjukan musik dan makan bersama. Tujuan dari popokan adalah sebagai pengungkapan rasa syukur, semangat, dan tentunya melestarikan budaya.
9. Brobosan
Brobosan merupakan ritual adat Jawa yang dilakukan saat prosesi pemakaman sebelum jenazah diberangkatkan ke makam. Brobosan menjadi simbolis untuk melepas dan menerima kepergian orang yang dicintai.
Untuk melakukan tradisi ini, jenazah sudah harus ditempatkan di peti mati dengan dihias dengan bunga dan ditutup dengan kain.
BACA JUGA:Tradisi Sadran Kali di Wonosobo, Begini 8 Prosesinya
BACA JUGA:Sedekah Bumi, Bentuk Syukur dan Upaya Menjaga Tradisi di Kota Tegal