Diawali Riset 'Luka' Industri Batik Tulis, TBIG Bangun Rumah Batik Penghasil Pengusaha dan Pengrajin Muda

Diawali Riset 'Luka' Industri Batik Tulis, TBIG Bangun Rumah Batik Penghasil Pengusaha dan Pengrajin Muda

Kegiatan di Rumah Batik TBIG Pekalongan, program CSR TBIG (1)--IST/Instagram Rumah Batik TBIG

PEKALONGAN, diswayjateng.id - Catatan sukses upaya pelestarian warisan budaya Indonesia, batik tulis, ditorehkan Rumah Batik Tower Bersama Group (TBIG) di Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan.   

Rumah Batik TBIG di KabupatenPekalongan berhasil memutus mata rantai sulitnya regenerasi pengrajin batik tulis, pemakaian bahan pewarna alami hingga rantai distribusi industri batik.

Sejak 2014, program Corporate Social Responsibility (CSR) TBIG di Kabupaten Pekalongan itu berhasil mendidik anak muda dari nol hingga menjadi pengrajin batik, pengusaha batik mandiri, hingga desainer batik modern.

Head of CSR Department Tower Bersama Group, Fahmi Sutan Alatas menyebut perusahaannya menyadari tantangan pelestarian warisan nusantara itu sejak memilih batik sebagai fokus program CSRnya di Pekalongan.

BACA JUGA:  Berlandaskan Filosofi, Pilihan Aksi CSR TBIG Hasilkan Rumah Batik hingga Kurikulum Unggulan

BACA JUGA: Menteri Wihaji Ajak Korporasi Jadi Orang Tua Asuh Ibu Hamil Lewat Genting, TBIG Sejalan

"Kami memulainya dengan riset dan survei dunia industri Batik di Pekalongan sejak 2013, kami temukan pain-nya (kelemahan/luka industri batik), mulai dari cara kerja industri batik, regenerasi, lambatnya distribusi, akses modal, sampai ke minimnya kepastian pasar," katanya saat mengisi materi acara Journalism Fellowship on CSR 2025.

Ia mencontohkan, ada pola tidak sehat yang menghambat regenerasi pembatik pada usaha batik skala menengah dan besar.

Fahmi menemukan ada 'kasta' antara pengusaha atau pemodal batik dan pembatik tulis. 

Tidak sedikit para pembatik tulis yang hanya bekerja sebagai buruh, bukan sebagai pengrajin batik, tanpa punya akses permodalan.


Kegiatan di Rumah Batik TBIG Pekalongan, program CSR TBIG --IST/Instagram Rumah Batik TBIG

BACA JUGA: TBIG Tanam 6.600 Pohon di Hutan Petungkriyono Pekalongan, Serap 470 Ton Karbon

BACA JUGA: Mengembalikan Makna CSR melalui Jurnalisme Berkualitas, Frans Surdiasis: Platformnya Masyarakat

Di sisi lain, distribusi jual beli batik juga terhitung lambat dan membuat minat anak muda, khususnya di Pekalongan, memudar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: