Keluhkan Pendapatan Berkurang, Paguyuban Angkot Salatiga Minta Keringanan Waktu Soal Peremajaan Armada

MENYAMPAIKAN : Perwakilan Pengusaha angkot Salatiga saat menyampaikan keluhan ditengah Sosialisasi digelar Dishub Kota Salatiga, Senin 24 Februari 2025. Foto : Nena Rna Basri--
SALATIGA, diswayjateng.id - Para pengusaha dan pemilik angkutan kota (Angkot) di Salatiga meminta keringanan Pemkot Salatiga melalui Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Salatiga terkait aturan peremajaan kendaraan angkutan perkotaan.
Hal ini terkuak saat puluhan pemilik dan pengusaha Angkot di Salatiga mengikuti Sosialisasi Pengusaha Angkutan Umum Kota Salatiga di Gedung Setda Provinsi Jateng, Senin 24 Februari 2025.
Sosialisasi ini lebih ditekankan kepada Implikasi Permenhubu No PM 29 tahun 215 perubahan atas Permenhub No PM 98 tahun 2013 dan Permenhub No PM 44 tahun 2019 dalam hal litimasi usia kendaraan angkutan perkotaan.
Seperti diutarakan Agus Susanto, Ketua Paguyuban Angkutan Salatiga yang menyampaikan keluhan para pengusaha dan pemilik angkutan Kota kepada dirinya.
BACA JUGA: PDIP Tunda Retret Usai Penahanan Hasto, Rudy: Secara Psikologis Kader Terganggu
BACA JUGA: Partai Gema Bangsa Jateng Deklarasikan Kepengurusan di 35 Kabupaten/Kota, Target Lolos verifikasi faktual
"Kalau berkaca pada aturan, usia angkot di Salatiga 20 tahun bahkan yang melebihi itu sudah cukup banyak. Sehingga kami menuntut mungkin ada satu kearifan lokal," kata Agus Susanto.
Namun, jika dipaksakan untuk mengikuti aturan bahwa angkot yang melebihi 10 tahun harus dilakukan peremajaan sangat membuat pengusaha atau pun pemilik angkot di Salatiga sangat keberatan.
Pasalnya, aku dia, banyak pengusaha atau pemilik angkot yang sudah 'tidak kuat' secara pendanaan jika harus melakukan peremajaan sesuai ketentuan aturan pemerintah.
"Apakah tidak bisa diberi kelonggaran dengan permohonan. Dimana, setiap pengusaha yang sudah katakanlah jatuh tempo atau limit itu diberi kelonggaran untuk mengajukan permohonan trayek sampai jam berapa. Sehingga di satu sisi memberikan kesempatan pada pengusaha di sisi lain kita juga mengikuti aturan yang ada," terang Agus Susanto.
BACA JUGA: Lintas Komunitas Peduli Pekalongan Gelar Aksi Pembibitan Hutan Petungkriyono
BACA JUGA: RT 45 Cafe Pasar Sapi Salatiga, Kafe Pertama Padukan Olahraga Fun Fight dengan Tempat Kongkow
Bukan tidak mungkin, ungkap dia, jika pengusaha dan pemilik angkot dipaksakan untuk melakukan peremajaan ditengah himpitan anggaran bahkan mungkin harus memenuhi angsuran armada yang masih hutang ke Bank, (para pengusaha dan pemilik angkot) aka melakukan hal-hal ilegal.
Seperti misalnya, untuk menghindari penjualan trayek namun mengalihkan dari plat kuning ke hitam tapi tetap digunakan sebagai alat transportasi umum.
Sehingga, Agus menuntut ada ketegasan dari Dishub Kota Salatiga dan tidak sebatas sosialisasi namun berakhir mengambang.
"Kita ingin ingin ada kepastian, harus bagaimana dan tidak selalu ngambang dan sosialisasi tapi endingnya bermasalah. Yang pasti, kami mohon ada satu kearifan lokal yang mengarah ke situ karena ketika saya ditanya anggota apabila saya tidak bisa menjawab karena tidak boleh tapi kita menginginkan adanya kebijakan yang bisa memberikan kelonggaran kepada pengusaha angkutan kota," paparnya.
BACA JUGA: Hari Kedua Pimpin Salatiga, Wakil Wali Kota Salatiga Nina Agustin Tinjau Jembatan Ambrol
BACA JUGA: Kolaborasi Musik dan UMKM, Repvblik hingga Sahli Himawan Sukses Hibur Ribuan Pengunjung di Solo
Satu hal mengapa Paguyuban Angkot Salatiga menuntut adanya kearifan lokal terkait peremajaan armada angkutan perkotaan ini, disebutkan Agus, wilayah Salatiga juga jarak tempuh pendek.
Selain itu, kontur jalan di Salatiga sangat bagus sehingga ia yakin armada angkutan perkotaan yang ada di Kota Salatiga terbilang sangat teraway meskipun dengan usia diatas 20 tahun.
Hal senada disampaikan Pengusaha Angkutan Salatiga, Dwi. Dwi mengaku, sangat keberatan jika harus melakukan peremajaan saat ini.
BACA JUGA: Pelantikan Forum Komunikasi OSIS dan Forum MPK Kabupaten Tegal
BACA JUGA: DLH Kabupaten Tegal Adakan Pelatihan Kreasi Sampah Tutup Botol Plastik
"Pasca pandemi pendapatan kami turun drastis. Belum lagi masih harus mengansur cicilan di bank. Sehingga kami mohon kepada Pemkot Salatiga ada kelonggaran atas aturan peremajaan ini," terang Dwi.
Menyikapi ini, Kapala Kejaksaan Negeri (Kajari) Salatiga Sukamto yang turut menjadi narasumber menyampaikan bahwa di tiap
wilayah masing-masing bisa menentukan berapa lama usia angkutan perkotaan.
"Tentunya tidak asal-asalan tapi melalui uji untuk usia kendaraan. Apalagi, angkot digunakan setiap hari dengan jam operasional pagi sore. Sehingga, istirahat pun hanya beberapa jam saja itu semestinya usia kendaraan tidak harus senpai 20 tahun sudah dilakukan peremajaan," paparnya.
Dalam Perwali kota Salatiga, disebutkan dia usia kendaraan maksimal sekitar 10 tahun.
Sehingga, jika ada angkutan perkotaan yang usianya lebih dari dari 20 tahun Sukamto menegaskan semestinya sudah ada ada regenerasi.
BACA JUGA: BPBD Kabupaten Tegal Gaungkan Slogan ASIK
BACA JUGA: 5 Cara Mendapatkan Saldo Gopay Rp250 Ribu Gratis
"Kalau 11 tahun ke atas sudah tidak mendapatkan subsidi. Karena subsidi dari pemerintah tidak boleh dong melewati aturan diberikan," pakarnya.
Ia yakin, anggota Paguyuban Angkot di Salatiga baik pengemudi atau pun pengusaha angkutan taat Hukum.
"Kalau sudah himbauan berarti harus taat dan tertib," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: