Mengenal 5 Cerita Rakyat Jawa Tengah yang Populer
Mengenal Cerita Rakyat Jawa Tengah yang Populer-Tangkapan layar diswayjateng.id-
diswayjateng.id - Dongeng adalah cerita tradisional yang berkembang dan diwariskan secara turun-temurun dalam masyarakat, serta berkaitan erat dengan kearifan lokal. Di Indonesia, banyak daerah yang memiliki warisan budaya berupa cerita rakyat, salah satunya adalah Jawa Tengah.
Cerita rakyat Jawa Tengah tidak hanya berfungsi sebagai hiburan bagi anak-anak, tetapi juga memiliki nilai edukatif dan spiritual. Beberapa cerita tersebut memperkenalkan kearifan lokal dan sejarah penyebaran Islam di pulau Jawa.
Menurut JournalNX Volume 9, Issue 2 (2023), dongeng atau cerita rakyat memberikan banyak manfaat psikologis bagi anak-anak. Salah satu manfaatnya adalah membantu anak beradaptasi dengan kehidupan, seperti belajar memecahkan masalah, mengurangi stres, meningkatkan kesadaran akan keamanan, dan membangun rasa percaya diri.
BACA JUGA:9 Kota di Jawa Tengah Menjadi Tujuan Wisata Utama
BACA JUGA:10 Tradisi Jawa Tengah yang Menjadi Warisan Budaya dan Makna Filosofisnya
Kumpulan Cerita Rakyat Jawa Tengah
Berdasarkan informasi dari Tirto.id, terdapat banyak cerita rakyat Jawa Tengah. Meskipun demikian, beberapa judul mungkin masih asing bagi sebagian orang. Berikut adalah sinopsis beberapa cerita rakyat dari Jawa Tengah yang cocok untuk anak-anak.
1. Rawa Pening
Kisah "Legenda Rawa Pening" dimulai dengan Baro Klinting, seorang anak naga yang merupakan putra Endang Sawitri. Setelah dewasa, Baro Klinting pergi menemui ayahnya yang sedang bertapa di Gunung Telomoyo, membawa klinting yang diberikan oleh ibunya.
Ia berhasil menemukan ayahnya, Ki Hajar Salokantara, di sebuah gua di gunung tersebut. Untuk membuktikan bahwa ia adalah anaknya, sang ayah meminta Baro Klinting untuk bertapa dengan melingkari kaki Gunung Telomoyo. Baro Klinting pun memenuhi permintaan tersebut dan mulai bertapa.
Suatu ketika, desa di sekitar Gunung Telomoyo merencanakan sebuah pesta. Mereka mencari daging hewan dan berhasil menangkap seekor naga. Tanpa berpikir panjang, mereka memotong tubuh naga itu untuk dijadikan sesajian.
Baro Klinting yang berubah menjadi anak manusia datang ke desa yang mengadakan pesta untuk meminta makan. Namun, tidak ada satupun warga yang mau memberi makan kecuali, Nyai Latung, nenek tua yang tinggal di gubuk reot.
Pada akhir cerita, Baro Klinting menantang warga desa untuk mencabut sebatang lidi yang ditusukkan ke tanah. Tidak ada warga desa yang bisa mencabut batang lidi tersebut. Baro Klinting akhirnya mencabut lidi tersebut, namun tiba-tiba mencuat mata air yang begitu deras. Dalam beberapa waktu, desa itu berubah menjadi rawa yang dikenal dengan Rawa Pening.
2. Timun Mas
Kisah dimulai dengan seorang janda tua bernama "Mbok Sarni" yang pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Di tengah perjalanan, ia dihadang oleh seorang raksasa yang meminta tumbal anak manusia jika ingin melanjutkan perjalanan.
Mendengar permintaan raksasa, Mbok Sarni menjelaskan bahwa ia tidak memiliki anak dan sangat ingin memilikinya. Raksasa tersebut kemudian memberikan biji mentimun untuk ditanam, dengan syarat bahwa ketika anak itu berusia 6 tahun, ia harus diserahkan kepada raksasa untuk dimakan.
Tak lama setelah itu, biji mentimun yang ditanam Mbok Sarni tumbuh menjadi buah yang sangat besar. Yang mengejutkan, di dalam buah tersebut terdapat seorang bayi perempuan yang cantik. Mbok Sarni sangat bahagia karena keinginannya untuk memiliki anak akhirnya terwujud. Bayi itu diberi nama Timun Mas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: