Teknologi Terbaru untuk Deteksi dan Obati Anemia
Teknologi Terbaru untuk Deteksi dan Pengobatan Anemia--
DISWAY JATENG - Anemia adalah kondisi yang ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah. Hemoglobin adalah protein yang mengandung zat besi yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Anemia dapat menyebabkan berbagai gejala seperti lemas, pucat, sesak napas, pusing, dan sakit kepala. Anemia juga dapat meningkatkan risiko komplikasi kesehatan seperti gagal jantung, stroke, dan kematian dini.
Anemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kekurangan zat besi, vitamin B12, atau asam folat, perdarahan, infeksi, penyakit kronis, atau gangguan genetik seperti talasemia dan sickle cell anemia. Oleh karena itu, pengobatan anemia harus disesuaikan dengan penyebabnya. Namun, untuk mengetahui penyebab anemia, diperlukan pemeriksaan laboratorium yang akurat, cepat, dan terjangkau.
Sayangnya, pemeriksaan laboratorium untuk anemia masih memiliki banyak keterbatasan, terutama di negara-negara berkembang. Beberapa keterbatasan tersebut adalah:
BACA JUGA:Pemahaman Mendalam Penyebab, Gejala, dan Penanganan tentang Anemia Aplastik
- Biaya yang mahal dan tidak terjangkau bagi sebagian besar masyarakat.
- Waktu yang lama dan tidak efisien, karena harus mengirim sampel darah ke laboratorium pusat dan menunggu hasilnya.
- Ketersediaan fasilitas dan peralatan yang terbatas, terutama di daerah-daerah terpencil dan pedesaan.
- Kualitas dan akurasi hasil yang tidak konsisten, karena bergantung pada keterampilan dan pengalaman petugas kesehatan.
Untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan tersebut, diperlukan teknologi terbaru yang dapat mendeteksi dan mengobati anemia secara point of care (POC). Point of care adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan di tempat atau dekat dengan pasien, tanpa harus mengirim sampel ke laboratorium. Teknologi POC untuk anemia diharapkan dapat memberikan hasil yang akurat, cepat, mudah, dan murah.
Salah satu contoh teknologi POC untuk anemia adalah alat yang dikembangkan oleh tim peneliti dari Case Western Reserve University, Amerika Serikat. Alat ini dapat mengukur kadar Hb dalam darah dengan menggunakan cahaya inframerah yang dipancarkan ke jari pasien.
BACA JUGA:Kereeen! Kacamata Pintar Apple Vision Pro Bisa Ubah Cara Anda Melihat Dunia, Yakin Gak Mau Beli?
Alat ini juga dapat mengidentifikasi jenis anemia dengan menggunakan algoritma kecerdasan buatan (AI) yang menganalisis pola spektrum cahaya yang dipantulkan oleh darah. Alat ini diklaim dapat memberikan hasil dalam waktu kurang dari satu menit, dengan akurasi lebih dari 90%. Alat ini juga dapat terhubung dengan smartphone atau komputer, sehingga dapat menyimpan dan mengirim data hasil pemeriksaan secara online.
Teknologi lain yang dapat digunakan untuk deteksi dan pengobatan anemia adalah biosensor yang dapat mendeteksi biomarker anemia dalam air liur. Biomarker adalah zat yang dapat mengindikasikan adanya suatu kondisi atau penyakit dalam tubuh.
Contoh biomarker untuk anemia adalah ferritin, yang merupakan protein penyimpan zat besi dalam sel. Jika kadar ferritin dalam air liur rendah, maka dapat diketahui bahwa pasien mengalami anemia akibat kekurangan zat besi.
Biosensor ini menggunakan elektroda yang dilapisi dengan antibodi yang dapat mengikat ferritin. Jika ferritin terikat, maka akan terjadi perubahan arus listrik yang dapat diukur oleh biosensor. Biosensor ini dapat memberikan hasil dalam waktu 10 menit, dengan biaya sekitar Rp 15.000 per tes.
BACA JUGA:Remaja Putri Berpotensi Terkena Anemia, Berikut 3 Cara Mengatasinya
Selain biosensor, teknologi yang dapat digunakan untuk pengobatan anemia adalah nanopartikel yang dapat mengirimkan zat besi secara terarah ke sel darah merah. Nanopartikel adalah partikel berukuran sangat kecil, sekitar 1-100 nanometer, yang dapat dimodifikasi untuk mengandung zat tertentu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: