UPS Tegal Komitmen Jaga Toleransi Beragama

UPS Tegal Komitmen Jaga Toleransi Beragama

DISKUSI – Rektor UPS Dr Taufiqulloh MHum berbicara dalam Diskusi Literasi Sastra dan Moderasi Beragama yang diadakan di Kampus UPS.Foto: Istimewa--

DISWAYJATENG, TEGAL - Pendidikan multikultural dalam moderasi beragama yang dikolaborasikan dengan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sangat penting untuk mencegah gerakan radikalisme antidemokrasi dan antipancasila. Universitas Pancasakti TEGAL (UPS) berkomitmen terhadap menjaga toleransi beragama dan berkompromi terhadap perbedaan.

Demikian ditegaskan Rektor UPS Dr Taufiqulloh MHum dalam acara Diskusi Literasi Sastra dan Moderasi Beragama yang dilangsungkan di Kampus UPS, Senin lalu. “Kami berkomitmen menjaga toleransi dan berkompromi dengan perbedaan. Kampus harus bebas dari radikalisme,” kata Taufiqulloh yang menjadi pembicara kunci dalam diskusi tersebut. 

BACA JUGA:3 Warung Ponggol Jati Terlaris, Kuliner Legendaris Khas Tegal yang Unik

Diskusi diikuti ratusan peserta mulai dari seniman, sastrawan, mahasiswa, penggiat literasi, tokoh masyarakat dari enam agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Tegal. Pembicara lainnya yakni Guru Besar UIN Purwokerto Prof Dr KH Abdul Wachid BS SS MHum dan budayawan Atmo Tan Sidik.

Sekretaris Yayasan Pendidikan Pancasakati Dr Suyono MPi menyampaikan, Diskusi Literasi Sastra dan Moderasi Beragama ini berangkat dari kejujuran budaya dan agama untuk menciptakan perdamaian sosial. “Kami mendukung penuh dan berharap budaya Tegalan bisa menjadi salah satu keunggulan dan mercusuarnya UPS,” ujar Suyono.

BACA JUGA:Kelebihan dan Kekurangan Samsung Galaxy S23 FE, HP Flagship Harga Ekonomis dengan Fitur yang Komplet

Sementara itu, Prof Dr KH Abdul Wachid BS MHum memaparkan, sastra Indonesia memperluas perspektif tentang agama dengan menyajikan cerita dan tokoh berbagai latar belakang agama. Kedua, mencitrakan kehidupan beragama moderat dengan menggambarkan karakter-karakter yang menghargai perbedaan dan mendorong dialog antarumat beragama. 

Abdul Wachid melanjutkan, ketiga, sastra Indonesia mendorong empati dan pemahaman antarbudaya dengan mengangkat isu-isu kehidupan yang kompleks. Keempat, sastra Indonesia menggali nilai-nilai agama dengan pendekatan budaya, sehingga santri dapat memahami penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan nyata. 

BACA JUGA:9 Deretan Pantai di Yogyakarta Ini Bisa Kembalikan Mood Anda

“Kelima, melalui prosa dan puisi, sastra Indonesia menginspirasi dan mendorong refleksi diri santri dalam memahami praktik moderasi beragama,” ungkap Abdul Wachid.

Diskusi ini juga mengkaji sastra profetik pemikiran Prof Dr Kuntowijoyo. Sastra profetik merujuk pada pemahaman dan penafsiran kitab-kitab suci atas realitas serta memilih epistemologi strukturalisme transendental. Kitab-kitab suci juga transendental melampaui zamannya. Sebab meskipun sudah tua umurnya, namun masih digunakan sebagai petunjuk orang-orang beriman. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: