Bentuk Syukur Warga Jomblang Semarang, Tradisi Apitan Kembali Digelar Setelah 30 Tahun Vakum
Ratusan warga mengikuti kirab budaya apitan di Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, Sabtu 17 Mei 2025. Setelah vakum selama 30 tahun, akhirnya tradisi ini kembali digelar sebagai bentuk rasa syukur.--Wahyu Sulistiyawan
Henry berharap, dengan diselenggarkannya kembali tradisi apitan ini, Kelurahan Jomlah lebih aman, warganya sejahtera dan terhindar dari bencana tanah longsor.
"Jomblang termasuk kelurahan yang rawan bencana, dengan apitan ini merupakan wujud syukur kita. Yang pastinya untuk kesejahteraan warga jomblang dan juga untuk keamanan serta tolak bala dari bencana longsor," terangnya.
Lebih lanjut, hingga saat ini bencana tanah longsor di Kelurahan Jomblan mengalami penurunan yang sangat signifikan.
BACA JUGA: Festival Memeden Gadhu 2025, Tradisi Warga Jepara Syukuri Hasil Panen
BACA JUGA: Gabungkan Musik Metal dan Tradisi, Metal Society Hadirkan Kudus Bergema 2025
"Bencana saat ini menurun drastis hampir 80 persen, seperti kemarin dengan insensitas hujan yang ekstrim sekali, alhamduliahnya tidak ada longsor. Tidak seperti tahun-tahun yang dulu dimana setiap cuaca ekstrim pasti kita mendapatkan hadiah longsor," ujarnya.
Agenda tahunan di Kelurahan Jomblang saat ini bertambah, dari yang semula Jomblang Bersholawat kini bertambah dengan tradisi apitan.
"Apitan akan menjadi agenda rutinan yang diselenggarakan di bulan apit, sedangkan Jomblang bersholawat di bulan Maulud dan tahun ini ketiga kalinya diselenggarakan," katanya.
Roni, salah satu warga RT8 RW5 mengaku bangga dan mengapresiasi tradisi apitan ini kembali diselenggarakan.
"Kita sebagai warga sangat mengapresiasi tradisi apitan ini kembali terselenggara, karena warga Jomblang bisa guyub rukun dan dapat meningkatkan budaya nasional," terangnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: