“Untuk gong itu sendiri melambangkan suara-suara, kalau sekarang tidak hanya suara melainkan medsos juga bisa menyuarakan kegiatan di Kandri, sehingga bisa dikenal masyarakat domestik dan mancanegara,” ungkapnya.
Dalam kirab budaya yang diadakan rutin tahunan ini, 9 pasang penari Tirto Suci Dewi Kandri yang melambangkan banyak sumber mata air yang untuk kehidupan sehari-hari warga.
“Jadi tarian ini menceritakan, bawasnnya di Kandri ini banyak terdapat sumber mata air yang digunakan warga untuk kehidupan sehari-hari dan cocok ditanam, karena di desa Kandri sendiri tidak ada sungai,” paparnya.
Masduki berharap, dengan adanya kegiatan budaya ini, Kandri akan semakin meningkat.
“Pada tahun 2021 desa Kandri masuk dalam 13 besar dari 13.000 desa wisata yang besertifikasi nasional, untuk tahun depan dan selanjutnya selalu inovasi sehingga semakin banyak wisatawan yang mengunjungi desa wisata Kandri, Gunungpati,” jelasnya.
Menurut Sarosa, Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar Kota Semarang, Gelar Budaya Nyadran kali ini merupakan bentuk kemajuan budaya yang harus dilestarikan dan dikembagkan untuk keburuhan wisata.
“Semakin kesini, semakin maju sehingga antusias masyarakat yang hadir semakin tinggi,” jelasnya.
Ia mencertikan, sebelumnya acara nyadran kali ini sangat sederhana sekali, seiring bertambahnya waktu dan kreatifitas warga, acara tahunan ini bisa menjadi sebesar ini.
“Saya selaku pemerintah Kota Semarang, tentunya menjadi pekerjaan rumah kita agar ini menjadi lebih bagus lagi dan harus mendapatkan dukungan dari pemerintah, nanti kita akan menghitung anggaran biar bisa mensuport acara seperti ini,” tambahnya.