Dua Kuda dan Gunungan Iringi Kirab Budaya Curug Sari Sironjang
Warga mengikuti kirab budaya sendang curug sari di kampung Sironjang, Kelurahan Gunungpati, Kota Semarang, Minggu, 5 Januari 2025--Wahyu Sulistiyawan
SEMARANG, diswayjateng.id - Dua kuda yang dinaiki sesepuh Kampung Sironjang, Kelurahan Pakintelan, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang menjadi barisan pertama dalam kirab budaya Sendang Curug Sari Sironjang.
Kirab Budaya yang dimulai dari pasar Krempyeng ini berjalan mengelilingi kampung di Rw1 dengan jarak 200 meter menuju Sendang Curug Sari yang berlokasi di RT 1.
Selain kuda, kirab juga dikuti iring-iringan warga yang membawa gunungan hasil bumi dan warak ngendok yang merupakan ikon khas Kota Semarang.
Ribuan warga tampak antusian dalam mengikuti kirab budaya sendang curug sari sironjang.
BACA JUGA: Bentuk Syukur Air yang Melimpah, Warga Bersihkan Curug Sari Sironjang sebelum Kirab Budaya
BACA JUGA: Dihadiri dari Berbagai Kota, Tradisi Nyadran Leluhur Dukuh Sumurboto Semarang
Ketua LPMK Kelurahan Pakintelan, Madhik Masdhanakuninggar menyampaikan, kegiatan ini merupakan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan selama 3 tahun ini.
"Ini agenda sudah 3 tahun lalu dengan membentuk paguyuban sendang curug sari ini, dan setiap tahunnya diselenggarakan tradisi nyadran sendang curug sari ini", jelasnya Minggu 5 Januari 2025.
Ia menjelaskan, selama ini kegiatan nyadran sendang curug sari ini hanya diikuti oleh 1 RT saja.
"Dulu hanya diikuti 1 Rt saja namun saat ini diikuti dari kampung Dukuh dan Sironjang, sehingga dua dukuh ini bisa bergabung dalam tradisi ini," jelasnya.
Madhik menambahkan, kirab budaya ini diawali dari kampung Sironjang transik di kampung Dukuh dan kembali di sendang curug sironjang.
Pada berita sebelumnya, hari Jumat, 3 Januari 2025 malam, prosesi pengambilan spiritual 7 dari sumber mata air di Dukuh Sironjang dilakukan pada pukul 22.00 hingga 24.00 wib malam hari.
Dimana 7 mata air tersebut akan disatukan di curug Sari Sironjang pada prosesi Kirab Budaya Nyadran 7 Mata Air pada Minggu, 5 Januari 2025 besok pagi.
Ketua Paguyuban Curug Sari Sironjang, Didik mengatakan, penyatuan 7 sumber mata air ini sebagai ungkapan rasa syukur diberikan sumber mata air yang melimpah.
“Kegiatan prosesi spiritual pengambilan 7 mata air sudah dilakukan pada malam hari tadi, dan nantinya akan digabungkan menjadi satu ke curug Sari Sironjang sebagai rasa sukur air yang melimpah tidak pernah mati meskipun musim kemarau dan hujan.” jelasnya, Sabtu, 4 Januari 2025.
Ditambah lagi, air yang berasal dari 7 mata air di Dukuh Sironjang, Kelurahan Pakintelan, Kecamatan Gunungpati ini masih aktif dikonsumsi rumah tangga.
“Air ini masih dikonsumsi untuk kebutuhan rumah tangga, mencuci, irigasi dan menyiram tanaman disekitar 7 mata air tersebut,” jelas Didik yang merupakan Ketua Rt1 Rw1 tersebut.
Di Dukuh Sironjang ini memilik 7 mata air yang terdiri dari, Sendang Gayamsari, Curug Sari, Sendang Supit, Sendang Kaliwaru, Sendang Ringin, Sendang Kali Kerog dan Sendang Turusan.
Kegiatan kirab budaya Curug Sari Sironjang ini diselenggarakan setiap bulan rejeb hari sabtu legi.
Kirab budaya yang akan dilaksanakan dari pasar krempyeng keliling RW 1 dengan menembuh jarak kurang lebih 200 meter ini akan diikuti ratusan warga dari 4 Rt dengan mengarak kuda dan gunungan hasil bumi.
Kegiatan ini selain sebagai nguri-nguri budaya juga sebagai bentuk nilai kerjasama, guyup rukun antar warga dari bapak-bapak, ibu-ibu dan anak-anak.
“Untuk tahun ini, yang ikut bergabung 4 Rt di Rw 1, biasanya hanya 2 RT saja. Dan kali ini kami juga melibatkan siswa-siswa dari SD Pakintelan 02 dan 03,” jelasnya.
Didik menjelaskan, pasar krempyeng atau pasar dadakan di Rw 1 ini ada keterkaitan dengan Curug Sari Sironjang.
“Karena biasa restribusi pasar krempyeng ini digunakan untuk perawatan Curug Sari Sironjang, dan sekarang sudah berumur 3 tahun ini. Untuk pelaku UMKM di pasar tersebut juga diambil dari warga kita sendiri, jelasnya.
Pada perayaan bantuan kirab budaya tahun lalu, warga mendapatkan langsung dari salah satu anggot DPRD Kota Semarang, anggaran tersebut digunakan untuk pebaikan saluran drainase di lokasi tersebut.
“Alhamdulilah kemarin kita gunakan untuk drainase, nanti kalau ada lagi kita gunakan pondasi saluran yang didepan sendang curug sari sironjang ini,” katanya.
Menurut salah satu sesepuh Rw 1, Lumayan (86) menyampaikan, kirab budaya ini baru diselenggarakan 3 tahun terakhir ini, sebelumnya hanya sebatas doa bersama dan tirakatan.
“Kirab budaya ini baru diselenggarakan 3 tahun ini, sebelumnya hanya berdoa bersama dan malam tirakatan di sendang,” jelasnya.
Ia menjelaskan, nyadran sendang ini wajib dilakukan saat bulaj Rejeb, hari Sabtu legi, misalpun ada acara pendukung lainnya bisa diselenggarakan setelah prosesi nyadran selesai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: