SRAGEN, diswayjateng.id - Pembangunan proyek jembatan yang membentang diatas aliran Bengawan Solo di Sragen, tulangan besi melengkung dan nyaris runtuh.
Pengerjaan jembatan dilakukan di sisi barat Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh dan di sisi timur di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Sragen.
Kondisi bentangan jembatan baja yang masih dirangkai, kini melengkung. Penyebabnya, perancah atau struktur sementara penyangga rangka jembatan yang belum selesai dirangkai, diterjang arus aliran Sungai Bengawan Solo.
"Melengkungnya tulangan ini, terjadi karena aliran sungai meluap dan menerjang perancah atau penahan bentangan jembatan,” kata Kepala Dinas PU Sragen Albert Pramono Soesanto dihubungi, Selasa (12/11/2024).
BACA JUGA: Musim Penghujan, Banjir Bakal Jadi Momok Pembangunan Jembatan Butuh
BACA JUGA:Mantan Sekda dan DPR Sragen Dorong APH Pastikan Kontraktor Jembatan Butuh Tak Kabur
Dikatakan Albert, langkah jika air sudah surut, maka pengerjaan proyek senilai Rp 14,9 miliar itu akan dikebut dari sisi Desa Gedongan, Plupuh dan Desa Pilang, Masaran, Sragen.
Albert menolak memasukkan musibah itu sebagai bencana alam. Karena kontraktor seharusnya sudah memperhitungkan.
"Ini memang sudah resiko menggarap proyek jembatan, saya tidak memasukkan dalam situasi kahar (forced major/keadaan di luar kendali manusia akibat bencana alam),” tutur Albert Pramono Soesanto.
Musibah itu yang kali kedua. Sebelumnya saat memulai pekerjaan mendirikan pilar jembatan Februari 2024 lalu sempat roboh, disapu arus sungai.
BACA JUGA:Proyek Jembatan Butuh, Dewan Temukan Teknis Pekerjaan Kurang Profesional
Kabid Bina Marga DPU Sragen Aribowo Sulistyono selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek jembatan itu, sudah mengecek di lokasi bersama tim dan kontraktor pelaksana.
"Masih menunggu aliran Bengawan Solo surut, untuk selanjutnya menentukan langkah berikutnya,” tuturnya.
Albert menambahkan pekan depan proyek itu sebenarnya sudah selesai 80 persen. Tapi nanti pihak DPU meminta agar proyek bisa diselesaikan tepat waktu atau sebelum akhir tahun.