Persiapan acara, katanya, melibatkan gotong royong dan koordinasi antar kelas.
"Kami mempraktikkan budaya gotong royong dalam setiap tahap persiapan, dari pembagian tugas hingga pelaksanaan. Setiap kelas menampilkan karya yang unik dan berbeda, dengan drama sebagai puncak acara," ujar Danu.
Ghasta Fest, lanjut Danu, sudah menjadi tradisi tahunan di SMAN 3 Kota Pekalongan dan selalu dinanti-nanti oleh para siswa.
Tidak hanya sebagai ajang untuk mengekspresikan kreativitas, tetapi juga sebagai sarana untuk melestarikan warisan budaya Jawa.
"Ini adalah kesempatan bagi kami untuk menunjukkan kreativitas sekaligus menjaga tradisi budaya melalui karya-karya kami," tambahnya dengan penuh semangat. Yang membuat acara ini semakin istimewa adalah dukungan penuh dari berbagai pihak.
Mulai dari komite sekolah, perwakilan Dinas Sosial, hingga tamu undangan dari Solo turut hadir untuk meramaikan Ghasta Fest.
Salah satu tamu kehormatan yang hadir adalah LB-PAR. Lalu hadir tamu dari Sekolah Adipangastuti Solo.
Sekolah Adipangastuti adalah sebuah model pembelajaran yang diinisiasi oleh Solo Bersimfoni.
Lembaga itu yang mendampingi program pengembangan karakter siswa melalui nilai-nilai Hasta Laku.
Selain sukses menyelenggarakan Ghasta Fest, SMAN 3 Kota Pekalongan juga meluncurkan sejumlah program unggulan lainnya, seperti Sekolah Siaga Kependudukan, Sekolah Adipangastuti, Sekolah Berintegritas, dan Sekolah Sehat.
Ketua Komite Sekolah, Restu Hidayat menyatakan bangga dengan Ghasta Fest yang digelar oleh para siswa.
"Kami mendatangkan Adipangastuti dari Solo SImfoni untuk memberikan Hasta Laku. Untuk pembentukan karakter anak," jelasnya.
Ia berharap anak -anak semakin diberikan sesuai yang baik, dari sisi pendidikan, karakter, toleransi dan budaya.
Restu menganggap anak anak akan bisa membentuk karakter disiplin, baik dan jujur. "Semoga permasalahan kemarin bisa memberi nilai positif. Lalu para siswa bisa kembali fokus ke pembelajaran," jelasnya.