Makna Menahan Diri dalam Puasa: Perspektif Kesehatan dan Spiritualitas

Makna Menahan Diri dalam Puasa: Perspektif Kesehatan dan Spiritualitas

--

Oleh : dr. Darmanto, SH, M.Kes, SpPD, FINASIM, FISQua 

(Kepala UDD PMI Pemalang dan Dokter Pemerhati Kesehatan)

Puasa bukan hanya sekadar ibadah yang mengharuskan seseorang menahan lapar dan haus dari fajar hingga matahari terbenam, tetapi juga sebuah latihan pengendalian diri yang memiliki dampak besar terhadap kesehatan fisik, mental, dan kesejahteraan psikologis.

Dalam Islam, puasa bukan sekadar menahan keinginan biologis, tetapi juga menahan diri dari amarah, kebiasaan buruk, dan perilaku negatif yang dapat merusak ketakwaan seseorang.

Rasulullah ﷺ bersabda, “Puasa adalah perisai, maka janganlah seseorang berkata kotor atau bertindak bodoh. Jika seseorang mencacinya atau menyerangnya, hendaklah ia berkata, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’” (HR. Bukhari & Muslim).

BACA JUGA:PMI Kabupaten Pemalang Bantu Korban Banjir Sungai Comal

BACA JUGA:Hasil Bulan Dana PMI Kabupaten Pemalang Capai Target

Makna puasa sebagai bentuk latihan menahan diri tercermin dalam banyak ayat Al-Qur’an dan hadis. Dalam QS. Al-Baqarah: 183, Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”Ayat ini menunjukkan bahwa tujuan utama puasa bukan hanya untuk melatih kesabaran terhadap rasa lapar dan haus, tetapi juga membentuk karakter yang lebih disiplin dan bertakwa.

Puasa dan Kesehatan Mental

Dari perspektif kesehatan mental, puasa merupakan bentuk self-control (pengendalian diri) yang melatih seseorang untuk mengelola keinginan dan dorongan impulsif. Duckworth & Gross (2014) menyatakan bahwa kemampuan menahan diri memiliki hubungan erat dengan keberhasilan dalam hidup, baik dalam aspek akademik, pekerjaan, maupun kesehatan mental.

Puasa mengajarkan individu untuk menunda kepuasan sesaat (delayed gratification), yang dalam jangka panjang berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan psikologis dan kemampuan menghadapi stres.

Selain itu, puasa juga memiliki efek positif terhadap regulasi emosi. Dalam teori Flourish yang dikembangkan oleh Seligman (2011), kebahagiaan dan kesejahteraan psikologis seseorang bergantung pada lima aspek utama, yaitu emosi positif, keterlibatan, hubungan sosial, makna hidup, dan pencapaian.

BACA JUGA:Bulan Dana PMI Kabupaten Pemalang 2024 Dicanangkan Mulai 1 Juni hingga 31 Agustus

BACA JUGA:PMI Kabupaten Pemalang Beri Pelatihan Pemeriksaan Skrining Antibodi Bagi Petugas Teknis UDD

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: