Mengenal Ciri Khas Masjid Agung Demak, Hasil Akulturasi Budaya
Mengenal Ciri Khas Masjid Agung Demak, Hasil Akulturasi Budaya-Tangkapan layar diswayjateng.id-
Pintu bledheg yang ada saat ini merupakan replika, sedangkan pintu yang asli disimpan di Museum Masjid Agung Demak karena sudah termakan usia. Pintu berjumlah lima melambangkan lima rukun Islam, sedangkan jendela berjumlah enam, melambangkan enam rukun iman.
4. Mihrab dan Mimbar Masjid
Mihrab, yang merupakan ruang bagi imam untuk memimpin sholat, memiliki pahatan bermotif seekor bulus. Di tengah motif bulus terdapat ornamen keramik berbentuk kupu-kupu. Ornamen bulus juga berfungsi sebagai prasasti yang berbentuk sengkalan memet, yang berarti Sirno Ilang kerthaning bumi, menunjukkan tahun 1401.
Di dalam mihrab, terdapat juga ornamen kaligrafi Allah yang terletak tepat di atas lambang Surya Majapahit. Ornamen Surya Majapahit terdiri dari gambar sembilan dewa Hindu dan delapan sinar cahaya matahari, dengan lingkaran di tengah yang menampilkan sembilan dewa Hindu.
Keberadaan ornamen ini mencerminkan hubungan yang kuat antara kesultanan Demak sebagai kerajaan Islam dan Majapahit sebagai kerajaan Hindu. Penyebaran agama oleh para wali tidak menghilangkan tradisi Hindu-Buddha yang telah ada sebelumnya.
Mimbar masjid yang berbentuk kursi kuno dikelilingi oleh ukiran dan kaca. Mimbar ini merupakan warisan dari kerajaan Majapahit yang dulunya berfungsi sebagai singgasana raja, yang dikenal dengan sebutan Dampar Kencana. Kini, singgasana tersebut telah beralih fungsi menjadi tempat untuk menyampaikan khotbah di Masjid Agung Demak.
BACA JUGA:Seni Merawat Bonsai, Sekda Demak : Merawat Bonsai Harus dengan Hati
5. Serambi Masjid
Pada awal pembangunannya, Masjid Agung Demak tidak memiliki serambi. Di bawah pemerintahan Raden Pati Unus, masjid ini mengalami renovasi dan perluasan untuk menampung lebih banyak jamaah.
Serambi ini dinamakan Serambi Majapahit, karena delapan tiang yang mendukungnya berasal dari Kerajaan Majapahit. Tiang serambi terbuat dari kayu jati, dihiasi dengan ukiran motif sulur-suluran, tumpal, dan kelopak daun teratai, yang berdiri di atas umpak batu andesit.
Dalam tradisi Hindu-Buddha, motif sulur-suluran melambangkan harapan, kelembutan hati, dan sikap saling menghormati. Sementara itu, motif tumpal di bagian atas tiang melambangkan kekuasaan.
Luas serambi masjid mencapai 497 m², sedangkan luas bangunan utamanya adalah 537,5 m². Masjid ini dapat menampung hingga 1.000 jamaah.
6. Ornamen Dinding Masjid
Dinding masjid didekorasi dengan seni ornamen yang terbuat dari porselen yang indah. Motif porselen yang digunakan bervariasi, dengan sebagian besar berbentuk medali, pola anyaman, dan kupu-kupu.
Menurut informasi dari Traveloka, Dinding Masjid Agung Demak dihiasi dengan 65 piring porselen yang dikenal sebagai Piring Campa. Piring-piring ini merupakan hadiah dari Putri Campa, istri Brawijaya V.
Itulah penjelasan mengenai ciri khas Masjid Agung Demak. Setiap elemen arsitektur tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga mengandung makna yang dalam, menjadikan Masjid Agung Demak sebagai warisan budaya dan spiritual yang sangat berharga.
Dengan keberadaannya, Masjid Agung Demak terus memberikan inspirasi kepada generasi saat ini untuk menjaga, merawat, dan melestarikan peninggalan bersejarah sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan agama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: