Petani Milenial, Harapan Ketahanan Pangan Indonesia dengan Inovasi dan Teknologi

Petani Milenial, Harapan Ketahanan Pangan Indonesia dengan Inovasi dan Teknologi

Nasir Jali Petani Milenial yang selalu berinovasi dalam mengembangkan pertanian-Nungki Diswayjateng-

Demak, diswayjateng.com – Petani Milenial merupakan generasi petani yang mampu memanfaatkan teknologi, kolaborasi dan inovasi untuk menghadapi tantangan dunia pertanian modern, hal tersebut disampaikan oleh Ketua Kelompok Tani Rowomulyo sekaligus Petani Milenial Kabupaten Demak, Muhammad Nasir, menyampaikan pentingnya peran generasi muda dalam sektor pertanian. 

“Petani milenial bukan hanya tentang teknik bercocok tanam, tetapi juga memiliki forum untuk berbagi informasi, kolaborasi dengan pemerintah, dan hubungan yang luas. Hal ini membantu kami mendapatkan informasi pasar, program pemerintah, hingga peluang pelatihan,” ujar Nasir yang biasa dipanggil Nasir Jali saat ditemui diswayjateng.id, Minggu 29 Desember 2024.

Ia pun menyampaikan awal mula terjun di dunia pertanian adalah pada tahun 2017 dengan modal Rp7,5 juta dari hasil memenangkan beberapa penghargaan, di mana modal tersebut digunakan untuk memulai usaha pertanian kangkung yang terus dikembangkan hingga tahun 2022, yang selanjutnya tidak hanya kangkung saja tapi juga merambah ke bawang merah atau yang bisa disebut brambang. SAYA

sebuah pun komitmen mendorong generasi muda untuk tidak malu menjadi petani. Nasir menekankan pentingnya kolaborasi antara petani dan pemerintah. Meski begitu, ia mengakui bahwa kelompok petani milenial saat ini belum berada di bawah binaan resmi Dinas Pertanian.

BACA JUGA: Dewan Desak Pemerintah, Pajak 12 Persen Tak Berlaku pada Sektor Pertanian

BACA JUGA: Dibangun 1935, Bendung Winong Jadi Tumpuan Irigasi Pertanian Seluas 900 Hektar

“Seharusnya kami berada di bawah instansi pemerintah. Dengan demikian, kami lebih mudah mendapatkan informasi dan dukungan. Misalnya pelatihan tentang pupuk organik, cabai, atau tembakau,” katanya.

Ia juga berbagi pengalamannya mengikuti pelatihan di Balai Pelatihan Pertanian (Bapeltan) dan studi banding ke Banjarnegara untuk mempelajari pupuk ramah lingkungan.

“Kami menggunakan istilah pupuk ramah lingkungan karena sertifikasi pupuk organik cukup rumit. Sosialisasi bersama perangkat desa terus dilakukan agar masyarakat dapat memahami dan menggunakan pupuk ini,” tambahnya.

Nasir mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi petani milenial, seperti ketegangan harga pasar dan kesulitan mendapatkan pupuk. Ia mencontohkan, saat Natal dan Tahun Baru, harga bawang merah anjlok dari Rp25 ribu menjadi Rp18 ribu per kilogram akibat cuaca buruk.

BACA JUGA: Atasi Masalah Pertanian, Danramil 04 Comal Pemalang, Anggota dan Petani Gropyokan Tikus

BACA JUGA: Kementan Mempersiapkan Strategi Program untuk Bangun Sektor Pertanian di Blora

“Kami berharap pemerintah memberikan program berkelanjutan, khususnya dalam pembibitan, pemasaran, dan stabilisasi harga pupuk. Jangan sampai target lumbung pangan nasional tidak tercapai karena kurangnya dukungan,” tegas Nasir.

Nasir juga menyoroti program Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk petani milenial, termasuk pemberian gaji Rp10 juta per bulan. Meski program ini masih belum jelas datanya, ia berharap stimulus tersebut dapat terealisasi dengan baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: