6 Permainan Tradisional Jawa Tengah yang Hampir Punah
Mengenal Permainan Tradisional Jawa Tengah yang Hampir Punah-Tangkapan layar diswayjateng.id-
diswayjateng.id - Permainan tradisional Jawa Tengah ini mengajarkan berbagai nilai, mulai dari kerjasama, gotong royong, sosialisasi, kebersamaan, hingga pelestarian budaya. Anak-anak dapat terhindar dari pengaruh negatif gadget.
Keberadaan permainan tradisional Jawa Tengah ini semakin berkurang seiring dengan kemajuan zaman. Oleh karena itu, penting untuk melakukan upaya pelestarian permainan tradisional agar tetap terjaga sebagai salah satu warisan budaya daerah.
BACA JUGA:Jenis Rumah Adat Jawa Tengah yang Menarik dan Penuh Makna
BACA JUGA:9 Mitos di Jawa Tengah yang Masih Dipercaya
Permainan Tradisional Jawa Tengah
Berdasarkan kutipan dari Mamasewa.com, berikut adalah beberapa permainan tradisional Jawa Tengah yang bisa dimainkan oleh anak-anak, baik secara individu maupun bersama teman-teman:
1. Congklak
Permainan tradisional dari Jawa Tengah yang menarik adalah congklak. Permainan ini melibatkan dua orang pemain yang bertanding satu lawan satu, sehingga pasti ada pemenang di antara mereka.
Untuk bermain congklak, dibutuhkan 49 biji congklak atau kerikil untuk setiap pemain, serta papan congklak yang memiliki 16 lubang. Permainan dimulai dengan mengisi setiap lubang dengan 7 biji congklak.
Pemain yang menang dalam suit berhak untuk mengambil biji dari lubang miliknya dan memindahkannya dari satu lubang ke lubang lainnya hingga biji di tangan habis.
Permainan dianggap selesai ketika tidak ada lagi biji yang dapat dimainkan. Pemenangnya adalah pemain yang berhasil mengumpulkan biji terbanyak.
2. Cublak Cublak Suweng
Cublak Cublak Suweng adalah permainan tradisional yang diiringi dengan lagu yang memiliki judul yang sama. Permainan ini sangat populer di kalangan anak-anak di pedesaan.
Permainan dimulai dengan hompimpa. Peserta yang kalah akan berperan sebagai Pak Empong dan berbaring telungkup di tengah lingkaran.
Anak-anak lainnya akan duduk melingkari Pak Empong dan meletakkan tangan mereka yang terbuka menghadap ke atas di punggungnya.
Salah satu anak akan memegang kerikil dan berpindah-pindah tangan sambil menyanyikan lagu Cublak Cublak Suweng.
Ketika mencapai lirik “sopo ngguyu ndhelikake kerikil”, anak yang memegang kerikil harus segera menyembunyikannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: