Mengenal Pakaian Adat Jawa Tengah dan Nilai Filosofisnya

Mengenal Pakaian Adat Jawa Tengah dan Nilai Filosofisnya

Mengenal Pakaian Adat Jawa Tengah dan Nilai Filosofisnya-Tangkapan layar diswayjateng.id-

Oleh karena itu, motif batik cakar ayam sering dipilih oleh calon pengantin pria. Harapannya, ia akan selalu berjuang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, mendapatkan rezeki yang melimpah, dan hidup sejahtera hingga generasi berikutnya.

5. Batik sido wirasat

Batik sido wirasat berasal dari daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta pada era Pakubuwono VI di tahun 1800-an. Motif ini mengandung makna bahwa semua harapan baik dapat terwujud, memiliki kedudukan yang tinggi, dan segala kebutuhan dapat terpenuhi.

Umumnya, batik ini dikenakan oleh orang tua mempelai wanita saat pernikahan, sebagai simbol harapan agar filosofi tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan rumah tangga anak mereka di masa depan.

6. Batik sido asih

Batik sido asih berasal dari Solo dan sering digunakan dalam acara pernikahan. Kata "sido" berarti harapan yang terkabul, sedangkan "asih" berarti kasih sayang. Dengan demikian, batik ini melambangkan harapan untuk kehidupan yang bahagia dan saling mencintai dengan tulus.

BACA JUGA:Mengenal Budaya Jawa Tengah yang Menarik dan Populer

BACA JUGA:11 Makanan Khas Jawa Tengah yang Unik dan Menggugah Selera

7. Basahan

Baju adat basahan merupakan salah satu jenis pakaian tradisional dari Jawa Tengah yang sering dipakai dalam berbagai upacara adat, terutama pada saat pernikahan. Berbeda dengan pakaian adat Jawa lainnya yang cenderung lebih formal, basahan memiliki desain yang lebih sederhana.

Pakaian ini tidak hanya menonjolkan keindahan, tetapi juga mengandung makna filosofis yang mendalam, seperti kesucian, keagungan, dan kesederhanaan, serta menekankan sakralitas pernikahan. Selain itu, baju ini melambangkan harapan untuk membangun rumah tangga yang bahagia dan harmonis.

Umumnya terbuat dari kain katun atau sutra, baju basahan tidak dilengkapi dengan atasan, sehingga bagian atas tubuh tetap terbuka. Pakaian ini juga sering digunakan dalam ritual siraman, yaitu prosesi pembersihan diri yang dilakukan sebelum acara pernikahan.

8. Surjan

Salah satu pakaian adat yang sering dipakai oleh pria di Jawa Tengah adalah baju surjan. Baju ini mirip dengan beskap, namun memiliki motif garis lurus berwarna coklat dan hitam serta dilengkapi dengan kantong saku.

Surjan biasanya dipadukan dengan kain batik di bagian bawah dan blangkon sebagai penutup kepala yang dililitkan. Baju ini dikenal sebagai simbol budaya Jawa dan memiliki makna filosofis yang mencerminkan jiwa luhur pria Jawa.

Kain lurik atau batik menjadi simbol kebudayaan dan kearifan lokal. Enam kancing pada baju ini terinspirasi dari jumlah rukun iman, berfungsi sebagai pengingat untuk selalu beriman dan beramal baik.

Nah itulah beberapa penjelasan mengenai pakaian adat Jawa Tengah dan nilai-nilai filosofinya. Dengan penjelasanya diatas, para pembaca dapat mengetahui dan menambah wawasan mengenai pakaian adat di Jawa Tengah. Semoga bermanfaat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: