Empat Tahun Terakhir Jumlah Temuan Kasus TBC pada Anak di Blora masih Fluktuatif
Pelaksanaan rapat koordinasi (rakor) rencana aksi daerah (RAD) penanggulangan Tuberkulosis (TBC) tahun 2024-2028 dan rakor Surat Keputusan (SK) Tim Percepatan Penanggulangan TBC Tahun 2024 Dinas Kesehatan (Dinkes) Blora.-Eko Wahyu Budi/jateng.disway.id-
BLORA, jateng.disway.id - Jumlah penderita penyakit Tuberkulosis (TBC) pada di Kabupaten BLORA dalam 4 tahun terakhir masih fluktuatif.
Hal itu terungkap saat rapat koordinasi (rakor) rencana aksi daerah (RAD) penanggulangan Tuberkulosis (TBC) tahun 2024-2028 dan rakor Surat Keputusan (SK) Tim Percepatan Penanggulangan TBC Tahun 2024 Dinas Kesehatan (Dinkes) Blora.
Data Dinkes Kabupaten Blora menunjukkan jumlah penemuan kasus TBC pada anak tahun 2020 ditemukan sebanyak 79.
Kemudian di tahun 2021 ditemukan sebanyak 30 kasus. Di tahun 2022 ditemukan sebanyak 96 kasus.
Di tahun 2023 ditemukan sebanyak 79 kasus. Kemudian di tahun 2024 memasuki triwulan ke 3 ini ditemukan sebanyak 45 kasus.
Sekretaris Dinkes Kabupaten Blora Nur Betsia Bertawati mengatakan upaya penanggulangan penyebaran penyakit TBC pada anak ini memang terus dilakukan.
"Kita menggandeng beberapa stakeholder dalam upaya pencegahan penularan penyakit TBC ini pada anak," ujar Bestia, Jumat 8 November 2024.
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang lain juga dilibatkan dalam upaya penanggulangan atau antisipasi persebaran penyakit ini.
Dijelaskannya, pada dasarnya, seluruh kelompok usia dari anak, remaja sampai dewasa mempunyai risiko tertular TBC yang sama besarnya.
"Lendir yang keluar saat batuk atau bersin kurang efektif dalam penyebaran bakteri TBC. Selain itu, TBC anak juga terdapat pada area parenkim paru sehingga tidak mengakibatkan efek batuk," jelasnya.
Bakteri TBC, lanjutnya, dapat masuk ke tubuh anak melalui saluran pernapasan. Prinsip pencegahan dan pengendalian TBC juga harus diterapkan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan (fasyankes) tempat anak dan keluarga berobat.
Ditegaskannya, masing-masing OPD dan lembaga lain yang terkait, supaya berperan aktif dalam penanggulan TBC di Blora sesuai tupoksinya masing-masing.
“Saat ini diketahui bahwa Indonesia menempati peringkat kedua setelah India terkait penyakit tuberkulosis (TBC), untuk itu perlu peran dan kerja sama sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing,” terangnya.
Ia juga menjelaskan situasi TBC di Kabupaten Blora Januari hingga September 2024 berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tuberkulosis tercapai 8.040 (93%) dari target 8.635.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: