Kurangi Pupuk Kimia, Emak-emak Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal Dilatih Membuat Eco Enzyme

Kurangi Pupuk Kimia, Emak-emak Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal Dilatih Membuat Eco Enzyme

PELATIHAN - Sejumlah emak-emak mengikuti pelatihan membuat eco enzyme dari PPS Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal.Foto: Yeri Noveli/jateng.disway.id--

DISWAYJATENG, SLAWI - Upaya mengurangi penggunaan pupuk kimia untuk tanaman padi, sejumlah emak-emak yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Sekar Arum Desa Karanganyar Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal dilatih membuat eco enzyme.

Nantinya, eco enzyme yang berasal dari fermentasi limbah organik dapur ini dapat digunakan sebagai filter udara, herbisida dan pestisida alami, filter air, serta dapat digunakan untuk pupuk alami.

Pelatihan ini, dilakukan oleh Penyuluh apertanian Swadaya (PPS) Kecamatan Kedungbanteng.

BACA JUGA:Alhamdulillah, Santri TPQ Usamah bin Zaid Tegal Ikut Ujian Tahfidz

"Pelatihan ini bertujuan sebagai alternatif mengurangi penggunaan pupuk kimia secara bertahap agar petani dapat kembali memanfaatkan bahan organik yang tersedia di sekitar lingkungannya dan cukup murah serta dapat dimanfaatkan secara maksimal," kata PPS Kecamatan Kedungbanteng, Suswanto.

Dengan adanya pelatihan pembuatan eco enzyme, maka diharapkan petani dapat meningkatkan hasil produksinya.

Pembuatan eco enzyme sangat mudah. Hanya memanfaatkan limbah organik yang berasal dari sampah rumah tangga.

BACA JUGA:Keren! Ratusan Siswa SMPN 12 Tegal Dilatih Batalion Zeni Tempur

"Prinsipnya, kita akan membantu KWT agar dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia. Karena pupuk kimia sulit didapat," ujarnya.

Dia berharap, ibu-ibu dari Sekar Arum ini mampu mempraktikan dan mengaplikasikan ke lahannya masing-masing.

Suswanto menjelaskan, eko enzyme ini sebenarnya ditemukan oleh seorang peneliti dari Thailand yang bernama Dr. Rosukhon Ponpanvong.

BACA JUGA:Beri Layanan kepada Lansia Sehat dan dengan Risiko Tinggi

Ia mendirikan asosiasi petani organik di Thailand dan sekarang banyak di kembangkan di Indonesia.

"Bahannya sendiri sangat mudah di dapatkan, karena bisa diambilkan dari sisa-sisa sayur atau buah. Perbandingannya 1:3:10. Jadi kalau gulanya 100 gram, bahan kulit buah 300 gram dan airnya 1000ml. Saya rekomendasikan pakai air sumur," kata Suwanto menjelaskan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: jateng.disway.id