Jateng Kaya Falsafah Lokal Sebagai Spirit Pembangunan Nasional

Jateng Kaya Falsafah Lokal Sebagai Spirit Pembangunan Nasional

--

Semarang (DiswayJateng)  - Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang tidak hanya hanya kaya dengan sumberdaya alam maupun manusia. Provinsi dengan lebih dari 33 juta penduduk ini, juga mempunyai kekayaan budaya yang mengandung nilai-nilai sosial, budaya dan menjadi karakter bangsa.
 
Wakil Gubernur Jawa Tengah,Taj Yasin Maimoen menyampaikan informasi tersebut saat menjadi keynote speaker dalam kegiatan Djawa Soegih International Seminar yang diselenggarakan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Senin (05/09/2022) secara virtual di Rumah Dinas Rinjani. 
 
Jawa Tengah, menurut Wagub, memiliki kekayaan falsafah lokal yang menjadi spirit pembangunan nasional. Pembangunan nasional ini meliputi pembangunan secara fisik dan pembangunan karakter sumber daya manusia. Ada trilogi khas Jawa Tengah yang relevan dan compatible sebagai spirit pembangunan nasional
 
"Pertama, mangasah mingising budi adalah falsafah yang menghendaki adanya sarana untuk mengasah ketajaman akal dan budi. Mengasah kecerdasan intelektual sekaligus kepekaan moral dan nurani," tuturnya.
 
Jika diaktualisasikan dalam pembangunan, kata Wagub, maka pembangunan harus diarahkan untuk memperkuat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai basis pembangunan intelektual. Di sisi lain, pembangunan juga harus memperhatikan kelestarian lingkungan serta pembangunan berkelanjutan. 
 
"Kedua, memasuh malaning bumi adalah falsafah yang menghendaki setiap manusia untuk membersihkan segala sesuatu yang mengotori kehidupan," ujarnya.
 
Dalam konteks pembangunan, lanjutnya, aktualisasi dari falsafah tersebut adalah membersihkan narasi-narasi kotor dan membersihkan niat dalam pembangunan. Membangun hanya semata-mata untuk mensejahterakan dan mencerdaskan rakyat.  Menghindari korupsi, kolusi, suap, kongkalikong, dan gratifikasi dalam proses pembangunan bangsa, adalah contoh praktek dari falsafah ini.
 
"Ketiga, memayu hayuning bawana adalah falsafah yang menghendaki setiap manusia agar memperindah keindahan dunia, serta mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan hidup," jelasnya.
 
Dalam kosmologi masyarakat Jawa Tengah, memayu hayuning bawana mengejawantah sebagai spiritualitas budaya yang mengutamakan keharmonisan dalam hidup. Dalam konteks pembangunan, falsafah tersebut dapat diaktualisasikan dengan prinsip pemerataan pembangunan agar tidak tercipta kesenjangan sosial yang dapat merusak keharmonisan kehidupan. 
 
Apabila dielaborasi secara konstruksional, maka tiga falsafah Jawa Tengah di atas, imbuh Wagub, berderivasi pada tiga nilai esensial pembangunan nasional. Yakni, pembangunan sumberdaya manusia berbasis pembangunan berkelanjutan, pembangunan kesejahteraan, dan pemerataan pembangunan.
 
Wagub mengajak agar falsafah-falsafah tersebut terus dilestarikan, menjadi dasar dari setiap tindakan warga Jawa Tengah, baik dalam kehidupan keseharian, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.(GBR) 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: