Strategi penanganan stunting ini difokuskan ke lokus desa-desa dengan kasus stunting tertinggi. Desa lah yang menjadi ujung tombak untuk mengintervensi sembilan variabel gizi spesifik dan 11 variabel gizi sensitif.
"Sehingga ini harus didukung data balita dan ibu hamil by name by address,” tegasnya.
Dengan memanfaatkan momentum Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), pihaknya pun melakukan pencacatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat secara elektronik atau e-PPGBM sebagai satu-satunya metode pendataan terbaik saat ini karena mampu menjangkau 87 persen populasi balita di Kabupaten Tegal.
“Data ini yang selalu kita validasi selama dua tahun terakhir lewat pelaksanaan Gebyar Posyandu di momen BIAN,” sambungnya.
Umi mengemukakan, jika berdasarkan e-PPGBM, angka stunting Kabupaten Tegal tahun 2022 sebesar 17,6 persen atau ada selisih 4,7 persen poin dari hasil SSGI yang ada di angka 22,3 persen.
Data e-PPGBM inilah yang dijadikan dasar analisis situasi pada proses perencanaan teknokratik untuk mendukung cakupan data 29 indikator esensial berbasis desa.
BACA JUGA:Upaya Cegah Stunting: Orang Tua Harus Berikan Sumber Protein Hewani, Simak Berikut Ini!
Umi menguraikan, alokasi anggaran yang mendukung intervensi gizi spesifik tahun 2023 ini mencapai Rp 28,8 miliar, diantaranya pelayanan gizi masyarakat Rp18,4 miliar, pelayanan kesehatan ibu hamil dan melahirkan Rp5,8 miliar dan pelayanan kesehatan bayi dan balita Rp4,4 miliar.
Anggaran lain yang dinilainya mendukung intervensi gizi spesifik ini adalah pengalokasian dana bantuan iur BPJS kesehatan sebesar Rp33,6 miliar.