BREBES, DISWAYJATENG - Warga Dusun Wangon Desa Kubangsari, Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes mengalami krisis air bersih. Sumber mata air yang ada debitnya sudah mulai menyusut dan mereka pun menggunakan air pasokan dari irigasi yang keruh. Dusun Wangon adalah sebuah daerah yang tidak memiliki sumber air. Hampir semua rumah di dusun ini tidak memiliki sumur.
Erik Setiawan, perangkat Desa Kubangsari mengatakan, untuk keperluan konsumsi dan mandi, mereka mengandalkan kiriman air dari sumur bor yang berada di luar desa.
BACA JUGA:Polres Pemalang Salurkan Bantuan 20 Ribu Liter Air Bersih untuk Desa Siremeng
Jarak antara Dusun Wangon dan lokasi sumur lebih dari 2 kilometer. Air dari sumur itu kemudian disalurkan melalui pipa pipa panjang hingga ke rumah rumah warga. Pada musim hujan, warga memanfaatkan air hujan untuk semua keperluan harian, baik cuci, mandi dan konsumsi. Air dari langit ditampung di bak penampungan yang ada di tiap tiap rumah.
"Satu dusun di Desa Kubangsari, Dusun Wangon memang tidak ada sumber air sama sekali. Makanya mereka mengandalkan hujan yang ditampung dan air kiriman dari sumber di luar desa yang jauh," ungkap Erik Setiawan ditemui di Balai Warga Dusun Wangon.
BACA JUGA:Pemkab Batang Siapkan Pasokan Air Bersih Antisipasi Kekeringan
Saat kemarau, lanjut Erik, selalu menghadapi masalah air bersih. Pasokan dari sumur bor menyusut karena debitnya makin kecil. Untuk memenuhi kebutuhan warga, dibuat lagi instalasi air resapan yang menggunakan air irigasi. Namun, kata Erik, pasokan dari irigasi sering dikeluhkan warga karena keruh. Air resapan ini pun debitnya tidak menentu tergantung ketersediaan dari sumber irigasi. Bila irigasi susut, pasokan ikut berkurang.
"Memang ada beberapa sumber, tapi kalau kemarau debitnya mengecil. Tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan warga sekitar 2000 orang. Sehingga dibuat lagi air resapan dari sumber irigasi. Cuma airnya keruh banyak kotoran dan harus diendapkan 3 hari baru bisa diminum," ungkap perangkat desa ini.
Selama musim kemarau, lanjut dia, warga lebih banyak mendapat pasokan dari irigasi. Karena itulah, tidak sedikit warga lebih memilih membeli air dari pedagang keliling.BACA JUGA:2000 Hektar Sawah DI Pemali Rawan Kekeringan, Terapkan Sistem Gilir dan Kawal Air
"Kalau orang golongan mampu banyak yang beli dari pedagang keliling. Tapi bagi yang pas pasan lebih suka mengendapkan air yang keruh itu. Karena saat kemarau ini mereka lebih banyak dapat pasokan dari sumber irigasi," tandas Erik.
Salah seorang warga, Tarwad (54) mengaku, setiap warga harus membayar untuk dapat air dari instalasi desa. Tiap 1000 liter atau satu kubik warga dibebani biaya Rp.5000. "Dalam sebulan kalau musim kemarau sampai Rp.100 ribu. Tapi kalau pas musim hujan, paling Rp.70 ribu. Satu kubik kita kudu bayar Rp.5000," ungkap Tarwad.
Sementara warga lain, Sawud (65) menerangkan untuk bisa menggunakan dari instalasi desa perlu diendapkan 3 sampai 5 hari karena keruh. Maka dari itu, di rumah Manis terdapat beberapa buah drum penampungan sebagai wadah air.
"Yang di drum ini kiriman dari irigasi kemarin. Makanya airnya keruh, perlu didiamkan sampai bening baru dipakai. Untuk berjaga jaga, saya pakai 6 drum, biar tidak sampai kehabisan," pungkasnya.