2000 Hektar Sawah DI Pemali Rawan Kekeringan, Terapkan Sistem Gilir dan Kawal Air
SUPLAI - Saluran Daerah Irigasi Pemali yang sempat kekeringan sudah terpenuhi air dengan suplai gilir dan kawal air.--
BREBES, DISWAYJATENG - Sekitar 2000 hektar areal persawahan wilayah Daerah Irigasi Pemali, berpotensi rawan kekeringan. Mengantisipasi krisis tersebut, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Tata Ruang terus mengintegrasikan pemerataan air.
Yakni, dengan menerapkan sistem gilir dan kawal air di sepanjang saluran irigasi. Langkah itu, sekaligus menjadi upaya antisipasi kekeringan yang diprediksi BMKG terjadi sejak awal Juni hingga Oktober mendatang.
BACA JUGA:Puluhan Hektar di Brebes Selatan Sawah Rawan Kekeringan
Kepala DPSDA TR Brebes melalui Kabid Saluran Irigasi dan Air Baku Agus Riyanto mengungkapkan, berdasarkan hasil pemetaan areal persawahan yang mengandalkan irigasi memang terdapat titik rawan kekeringan.
Contohnya, wilayah Kecamatan Brebes, Wanasari, Bulakamba, Tanjung dan Losari. Namun, langkah antisipasi sudah disiapkan guna pemerataan suplai air bagi para petani.
BACA JUGA:Cerita 3 Sendang di Bumiayu Tak Pernah Kering, Jadi Sumber Air Andalan di Musim Kemarau
"Khusus Daerah Irigasi Pemali, dengan luas mencapai 25 ribu hektar. Titik rawan kekeringan, berkisar 2 ribu hektar. Namun, dengan sistem gilir dan kawal air pemerataan suplai bisa tercukupi," ungkapnya saat dikonfirmasi, Jum'at (23/6).
Penerapan sistem gilir dan kawal air, lanjut Agus, mengingat berkurangnya sumber air dari Bendung Notog. Sebab, dengan volume debit air normal 15-20 ribu liter per detik. Kondisi sekarang, hanya tersisa 9 ribu liter per detik sehingga perlu langkah antisipasi kekeringan.
Dengan begitu, kebutuhan air irigasi akan terpenuhi pada semua areal persawahan dan lebih efektif.
"Yang penting, dalam sistem gilir dan kawal air harus ada kolabolrasi. Yakni, sama-sama mengawal agar tidak terjadi kebocoran hambatan maupun pengambilan secara bebas oleh para petani," ujarnya.
Agus Riyanto menuturkan, menindaklanjuti pemberitaan petani yang mengeluhkan kekeringan sawah salah satunya di Desa Luwunggede Kecamatan Larangan. Pihaknya mengaku, sudah kembali teraliri suplai air dengan gilir dan kawal air.
Intinya, melalui rakor yang melibatkan perwakilan dari pusat, BBWS Cimancis, Balai Pemali Comal Jateng, DPSDA, kepala UPT, para mantri dan petani baik P3A maupun GP3A semua sudah sepakat. Sehingga, semua lokasi hilir Tanjung dan Losari yang kekeringan bisa teratasi.
"Hasilnya, sistem gilir dan kawal air menjadi solusi konkret membagi suplai air. Sekaligus, mengantisipasi terjadinya kekeringan pada semua titik rawan," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: