1999 saya di Bogor. Ada koran baru bernama Radar Bogor di sana. Saya buka lowongan di Radar Bogor yang daftar ratusan orang. Kantor saya puenuh. Padahal lowongan "hanya" jadi sales keliling. Walhasil, alhamdulillah berkembang pesat gara-gara Radar Bogor. Setahu saya (setelah itu), Radar Bogor satu-satunya koran Radar yang berdiri sendiri. Tidak dimasukkan atau diselipkan dalam Jawa Pos (saat itu). Lalu, saya pun pindah ke Malang dan terus mengikuti tulisan-tulisan Abah di JP termasuk masa-masa sulit JP pada tahun 2000 yang kemudian melekatkan nama Bu Nani Wijaya, Pak Dhimam Abror dan Pak Arief Afandi dalam ingatan saya, hingga saat ini. Hingga sayapun akhirnya berkecimpung di dunia media dan pernah kerjasama dengan Nyata Grafika, Solo dan terakhir cetak di Temprina Surabaya. Terima kasih Abah.
A fa
Pagi pagi yang kemasukan jin, harus di ruqyah dulu yang begini ini !
dabaik kuy
abah dahlan tolong honor pak pry sebagai komentator tetap segera diberikan, beliau sdh minta dr bbrp hari lalu. pak pry sudah demo ini membanjiri komentar... seperti kak alwy demo trs sampai skripsi gak jadi-jadi... tolonglah abah walaupun komentarnya sering nyinyir sama abah segera kasihkan honor nya... kasihan kami melihatnya agak stress, bahkan rahayu pun teman sejiwanya sdh meninggalkannya... tdk ada lagi salam rahayu dalam komentar2 nya... hehehe wassalamu alaikum
bagus aryo sutikno
Para komentator, mohon jangan scrool ke bawah. Bisa nyesel, nyesel sambil ketawa. Ono2 wae Kung Pry ki.
yudi fariha
Waktu kecil dulu saya pembaca setia Banjarmasin Post, dari artikel ini jadi tahu asal muasalnya, terima kasih Abah DI, artikel hari ini "rami kisahnya", jakanya judulnya sakalian pakai bahasa banjar "sama ngalih" atau "sama lucut" atau "sama tuhuk".hehehe Mudahan pian sekeluargaan sehat barataan Abah. Amiiiiin
anak rantau
Detemani grimis Pagi hari. baca disway sambil ngopi Komentar banyak sekali Ternyata demo prof pry