Haji Aseng

Minggu 05-06-2022,04:40 WIB
Reporter : Ismail F
Editor : Ismail F

Aseng punya kantor proyek di dekat tambang itu. Sekalian mess karyawan dan staf. Kami tiba di mess perusahaan. Hari sudah terik. Matahari sudah tepat di atas ubun-ubun.

"Kita salat duhur dulu," ujar Aseng. Saya pun tersenyum. Dalam hati. Saya pikir mau makan dulu. Saya lihat sudah ada prasmanan di meja makan.

Aseng memang membangun masjid di tengah belantara hutan dan tambang itu. Ia juga mengangkat imam dan pengurus masjid –digaji hanya untuk itu. Sang Imam dari Balikpapan, lulusan pondok salafiyah Bangil, Jatim.

Setelah berwudu saya mendorong Aseng untuk jadi imam salat. Ia ganti mendorong saya. Saya tetap mendorongnya. "Akan lebih afdol kalau tuan rumah yang jadi imam," kata saya. "Lebih afdol kalau yang lebih tua yang jadi imam," jawabnya sambil mendorong saya.

Kami dorong-dorongan.

Saya kalah kuat. Juga kalah uang.

Ketika saya sudah mengambil posisi imam Aseng menanyakan sesuatu yang saya lupa menjelaskan.

"Kita jamak-qashar kan?" tanyanya.

"Benar. Dua rakaat, lalu dua rakaat lagi," jawab saya.

Salat dan makan selesai. Kami terus ke lapangan: melihat bagaimana orang menambang batu bara. Itulah emas hitam masa kini. Bumi Kalimantan ternyata bumi emas. Begitu emas hijau hilang, emas hitam terbilang. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Dokter Pasien

Abdul Wahib

Saya sampe tertawa ngakak dg kalimat ini, " Dan tidak ada toko senjata di surabaya". Padahal saya sedang serius baca. Bnyk banget toko senjata di surabaya. Di pasar wonokromo bnyk dijual sabit, golok, pacul dkk. Kalo mau yg agak panjang bisa pesan di pande besi. Itu semua jenis senjata, tapi senjata tajam dan tumpul. Bukan senjata api. Kalo masih nekat pengen nyari, coba search di marketplace. Banyak. 

doni wj

Jadi, inti cerita tulisan hari ini adalah: Abah sudah berdarah-darah pengorbanannya dan melalui jalan sunyi, menahan pedih sendiri, dalam membesarkan grup media yang Anda sudah tahu. Amboi, betapa piawainya begawan jurnalis ini dalam membingkai kisah itu 

Yea A-ina

Bagi kita yang belum pernah mengalami sakit punggung atau tulang belakang. Kiranya cukup baca tulisan Abah Dis sambil membayangkan saja. Saking luar biasa sakitnya -kalau Abah cukup netes air mata- maka Louis dan Gregory menghamburkan timah panas serampangan.Hanya mencoba memahami jalan pikiran mereka berdua, mungkin dipikirnya "daripada sakit hati lebih baik sakit punggung ini, biarlah tak mengapa" 

Kategori :