JAKARTA (Disway Jateng) – Mudik Lebaran bersama keluarga dengan kendaraan pribadi menjadi salah satu pilihan masyarakat. Pegiat keselamatan Global Devensive Driving Centre (GDDC) Aan Gandhi mengatakan penting bagi pemudik untuk mengantisipasi kelelahan dan risiko kecelakaan saat melakukan perjalanan mudik via kendaraan pribadi seperti mobil.
"Mudik dengan kendaraan sendiri adalah perjalanan yang menyenangkan karena banyak dinantikan, terlebih dua tahun kemarin tidak bisa melakukan mudik. Namun, harus diingat pula kalau mudik dengan berkendara sendiri adalah salah satu aktivitas yang berisiko," kata Aan dalam diskusi daring, Sabtu, 23 April 2022.
Lebih lanjut, Aan membagikan sejumlah hal yang perlu diperhatikan bagi pemudik di jalan. Pertama, pastikan memeriksa kendaraan sebelum berangkat mudik di bengkel. Jika perlu, lakukan servis besar.
Selain kondisi kendaraan yang prima, pastikan pula kondisi pengemudinya juga dalam keadaan sehat.
Aan melanjutkan, pemudik direkomendasikan untuk membuat rencana perjalanan; yang meliputi mau lewat jalur mana, cek aplikasi perjalanan untuk antisipasi kemacetan di titik-titik tertentu, serta melakukan mapping untuk memperkirakan waktu beristirahat.
"Selanjutnya, jika perjalanannya cukup jauh, pastikan ada pengemudi pengganti. Pengemudi pengganti tidak boleh duduk di depan, dia harus duduk di row belakang/tengah. Kalau di depan, ia akan terjaga dan menjadi navigator, sehingga dia tidak bisa istirahat," paparnya.
Lalu, pastikan jumlah penumpang sesuai dengan seat kendaraan. Misalnya, mobilnya adalah 7-seater, maka penumpangnya harus berjumlah 7 juga, termasuk pengemudinya. "Ini adalah karena mobil menyediakan safety belt yang berjumlah sesuai kapasitas. Selain itu, overload beban akan berpengaruh ke suspensi, ban-nya juga terlalu overload untuk menambah beban, dan ini membahayakan," kata Aan.
Kiat berikutnya adalah pemudik untuk membawa makanan secukupnya, antisipasi kalau jalanan macet. Dari segi bahan bakar, Aan mengatakan penting bagi pemudik untuk memastikan BBM selalu terisi dalam keadaan lebih dari setengah.
"Selain itu, pastikan pada saat melewati jalan tol untuk para pengemudi roda empat, sesuaikan kecepatannya tidak melebihi batas maksimal atau 100km/jam, dan tidak di bawah 60km/jam," kata Aan.
Hal lain yang Aan soroti, adalah kondisi kesehatan pengemudi yang berpuasa ketika melakukan perjalanan mudik. Menurutnya, penting bagi pemudik untuk mengantisipasi kelelahan (fatigue). Ia menyarankan kepada pengemudi untuk melakukan interval saat mengemudi. Misalnya, berkendara selama dua jam penuh, lalu istirahat selama 15-60 menit, kemudian baru melanjutkan perjalanan selama dua jam lagi, dan selanjutnya.
Maksimal pengemudi menyetir adalah 8 jam. Setelah lewat 8 jam, pengendara akan merasakan letih dan jenuh. Ini yang bahaya kalau dipaksakan, dan respons anggota tubuh kita akan melambat," kata Aan. "Setelah 8 jam mengemudi, pengemudi harus istirahat. Lebih baik ada pengemudi pengganti. Kalau ada pengganti lebih baik ganti-gantian setiap dua jam itu tadi," imbuhnya.
Lebih lanjut, Aan mengatakan terdapat teknik berkendara risiko rendah (low-risk driving technique), yang merupakan metode mengemudi secara antisipatik.
"Pastikan pandangan jauh ke depan. mata tidak hanya bertumpu pada satu kendaraan di depan, tapi beberapa kendaraan di depan, sehingga kita bisa antisipasi lebih jauh," kata Aan.
Selanjutnya, cek spion 5-8 detik sekali, jaga jarak aman dengan kendaraan di depan, mengemudilah sesuai kondisi dan fokus berkendara.
“Sebelum rem, cek kondisi di belakang lewat spion," imbuhnya.