Panorama Puncak Gunung Slamet Menakjubkan, Cocok dan Seru Buat yang Suka Tantangan!
Panorama Gunung Slamet Puncaknya Yang Menakjubkan-Tangkapan layar Mongabay-
Siapkan pakaian lengan panjang dan bekal secukupnya
Sangat disarankan pendaki mengenakan baju lengan panjang, celana panjang, dan topi untuk menghindari kontak langsung dengan dedaunan belukar yang melintang dan berbulu sehingga bisa berakibat gatal-gatal hingga lecet pada kulit.
Karena Hutan di Gunung Slamet berkarakter hutan padat dengan pepohonan tua berlumut, dan banyak ditemui semak belukar setinggi badan orang dewasa yang cukup menyulitkan.
Strategi cukup efektif menghemat energi sebelum pendaki mencapai pos terakhir yang jadi tempat ideal membangun tenda. Biasanya, para pendaki menyiasatinya dengan tidak membawa bekal air telalu banyak, dan baru mengisi air penuh di mata air selepas pos 4.
Walaupun tak banyak berurusan dengan trek curam, butuh setidaknya enam jam perjalanan untuk pendaki berpengalaman hingga ke pos empat yang treknya cukup panjang.
Setidaknya jauh lebih memanjakan mata dibandingkan perjalanan di trek sebelumnya yang terkesan membosankan, dengan pemandangan tutupan hutan padat yang cenderung homogen. Setelah sampai di pos empat dan menuju pos lima atau batas vegetasi, barulah pendaki bisa menemui vegetasi yang beragam.
BACA JUGA:Alhamdulillah, Kebakaran di Hutan Gunung Slamet Kabupaten Tegal Akhirnya Bisa Padam
BACA JUGA:Santri di Lereng Gunung Slamet Diperiksa Kesehatannya
Jika beruntung, pendaki bisa dengan mudah menemukan koloni bunga edelweiss di jalur tersebut. Di sepanjang jalur menuju puncak ini, banyak ditemui tebing-tebing dan pepohonan khas dataran tinggi dengan dedauning kekuningan atau kemerahan yang sedap dipandang.
Baru pada fajar keesokan harinya, mereka bersiap meninggalkan tenda dan berburu sunrise di puncak Slamet. Lantaran trek berpasir selepas pos lima menuju puncak adalah sesi paling sulit, batas vegetasi jadi tempat paling ideal bagi sebagian besar pendaki mendirikan tenda untuk bermalam.
Lautan Pasir Hingga Puncak
Di Gunung Slamet, etape inilah yang paling menantang sekaligus berisiko.Istirahat yang cukup di malam hari jadi hal wajib sebelum pendaki menjajal trek pasir.
Meski hanya berjarak tak sampai 2 kilometer, tak sedikit pendaki yang akhirnya memilih menyerah di tengah jalan lantaran sulitnya mencapai puncak di tengah pasir yang kemiringannya bisa di atas 45 derajat tersebut.
Jalurnya yang curam, dengan minimnya batu yang bisa dijadikan pijakan, membuat pendaki terpaksa harus beberapa kali harus merayap. Bagi pendaki berpengalaman sekalipun, trek pasir di pucuk Gunung Slamet tak bisa disepelekan.
Belum lagi terpaan angin kencang, serta batu yang seringkali menggelinding dari atas jadi risiko besar selama pendakian Slamet. Tak jarang pula, batu besar yang sepertinya tampak bisa jadi pijakan kuat, rupanya sangat rapuh dan langsung menggelinding begitu diinjak.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: