Warisan Kakek Buyut, Daster Batik Pekalongan milik Latifah Eksis hingga Jakarta dan Surabaya

Warisan Kakek Buyut, Daster Batik Pekalongan milik Latifah Eksis hingga Jakarta dan Surabaya

Seorang pekerja batik cap khas Pekalongan milik Latifah, Rabu 14 Mei 2025--Bakti Buwono/diswayjateng.id

PEKALONGAN, diswayjateng.id — Di balik aroma malam dan denting canting yang tak henti berdetak, Latifah (60) menyimpan sejarah panjang usaha batik cap yang diwariskan sejak zaman kakek buyutnya.

“Saya ini generasi ketiga,” ujar Latifah saat ditemui di rumah produksinya di Jalan KH Samanhudi No. 24, Kelurahan Pasirkratonkramat, Kecamatan Pekalongan Barat, Rabu 14 Mei 2025.

Sejak kecil, dunia Latifah tak jauh dari batik cap.

Ia menyaksikan langsung bagaimana sang ayah dan kakeknya menekuni bisnis ini secara turun-temurun.

BACA JUGA: Pewarna Alami dan IPAL Rumah Batik TBIG, Jurus Rahasia Lawan Limbah di Pekalongan

BACA JUGA: Koperasi Bangun Bersama Jadi Jantung Ekonomi Rumah Batik TBIG Pekalongan, Biayai Ratusan Pembatik

“Tahun 1990 saya mulai menggantikan ayah setelah menikah. Dulu cuma ada dua pekerja, sekarang sudah 27 orang belum termasuk penjahit,” ungkapnya.

Berbeda dari pengrajin batik tulis yang mengandalkan kehalusan tangan, keluarga Latifah memilih jalur batik cap yang lebih produktif namun tetap khas yaitu daster dan gamis.

Segmen produknya pun menyasar kalangan menengah ke bawah.

“Daster kami dijual mulai Rp 60 ribuan per potong. Tapi peminatnya sampai Jakarta dan Surabaya,” katanya.

BACA JUGA: Diawali Riset 'Luka' Industri Batik Tulis, TBIG Bangun Rumah Batik Penghasil Pengusaha dan Pengrajin Muda

BACA JUGA:  Berlandaskan Filosofi, Pilihan Aksi CSR TBIG Hasilkan Rumah Batik hingga Kurikulum Unggulan

Saat ini, Latifah juga aktif menjadi anggota Koperasi Bangun Bersama (KBB) yang berada di bawah naungan Rumah Batik Tower Bersama Group (TBIG).

Kerjasama keduanya sudah berlangsung sejak 2017 dengan skema bagi hasil 70-30.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: