Pewarna Alami dan IPAL Rumah Batik TBIG, Jurus Rahasia Lawan Limbah di Pekalongan

Pewarna Alami dan IPAL Rumah Batik TBIG, Jurus Rahasia Lawan Limbah di Pekalongan

Head of CSR Department Tower Bersama Group, Fahmi Sutan Alatas, menunjukkan IPAL rumah Batik TBIG, Selasa 13 Mei 2025--Bakti Buwono/ diswayjateng.id

PEKALONGAN, diswayjateng.id – Rumah Batik Tower Bersama Group (TBIG) di PEKALONGAN bukan sekadar tempat pelatihan, tapi pusat inovasi pewarnaan ramah lingkungan yang perlahan-lahan menantang dominasi batik sintetis.

Berdiri sejak 2014, Rumah Batik TBIG menancapkan komitmen untuk menjaga lingkungan lewat penggunaan pewarna alami dan penerapan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di setiap lini produksi.

“Kalau pakai pewarna sintetis, cukup sekali celup, cepat dan murah,” ujar Ahmad Faisal, pelatih utama Rumah Batik TBIG, saat ditemui pada kunjungan peserta Journalism Fellowship on CSR 2025, Selasa, 13 Mei 2025.

“Tapi kalau alami, harus tujuh kali celup dan dikeringkan berkali-kali—tetap kami pilih itu,” tambahnya sambil menunjukkan deretan tanaman pewarna alami di halaman rumah batik, Selasa 13 Mei 2025.

BACA JUGA: Mobil Klinik TBIG Terobos Gang Sempit Rawa Kedaung Demi Edukasi Gizi Seimbang

BACA JUGA: TBIG Tanam 6.600 Pohon di Hutan Petungkriyono Pekalongan, Serap 470 Ton Karbon

Ia menyampaikan itu di sela-sela kunjungan para peserta Journalism Fellowship on CSR 2025 yang digelar Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) dengan TBIG.

Faisal dengan bangga memperlihatkan pohon indigofera—penghasil warna biru yang legendaris dalam dunia batik.

“Daunnya kita olah, lalu keluar zat warna indigo. Dari situlah lahir warna nila alami,” jelasnya sambil memetik beberapa lembar daun.

Tak hanya indigofera, ia juga mengenalkan kayu nangka sebagai pewarna kuning, bukan dari buahnya, tapi bagian batang yang sudah tua.

BACA JUGA:  Berlandaskan Filosofi, Pilihan Aksi CSR TBIG Hasilkan Rumah Batik hingga Kurikulum Unggulan

BACA JUGA: Diawali Riset 'Luka' Industri Batik Tulis, TBIG Bangun Rumah Batik Penghasil Pengusaha dan Pengrajin Muda

TBIG tak setengah-setengah dalam urusan pewarna alami, sebab dalam setiap pelatihan mereka, prinsip ramah lingkungan adalah kurikulum utama.

Warna alami memang cenderung lebih kusam, tapi justru di situlah nilai estetik dan keunikan batik tulis TBIG dibanding yang lain. Kepedulian TBIG terhadap lingkungan tak berhenti di pewarna saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: