Anak Muda Pekalongan Pakai Software Gambar Komik Buat Desain Batik Tulis

Anak Muda Pekalongan Pakai Software Gambar Komik Buat Desain Batik Tulis

Zaky Hammam Arofi (25), pemuda asal Comal, Pemalang--Bakti Buwono/ diswayjateng.id

“Kalau warna-warna di desain ilustratif harus kaya banget kombinasinya,” sambungnya.

Di sisi lain, Zaky mengakui bahwa minat anak muda terhadap batik semakin tinggi, tapi belum tentu mereka mau terlibat langsung dalam proses pembuatannya.

BACA JUGA:Motif Jawa Hokokai, Jejak Sejarah Kelam di Balik Keindahan Batik Tulis Pekalongan

BACA JUGA:Pewarna Alami dan IPAL Rumah Batik TBIG, Jurus Rahasia Lawan Limbah di Pekalongan

“Kalau sebagai tren fashion sih oke. Tapi bikin batik tulis itu beda cerita, karena butuh waktu dan kesabaran,” katanya.

Meskipun demikian, lewat Rumah Batik TBIG, mereka mulai memahami bahwa teknologi bisa menjadi jembatan agar proses kreatif batik tidak kehilangan akar budaya tapi tetap bisa tampil kekinian.

Trainer Rumah Batik TBIG, Ahmad Faisal, membenarkan bahwa pendekatan baru ini sengaja mereka adopsi agar batik tulis tidak kehilangan relevansinya di kalangan anak muda.

“Software-nya awalnya buat gambar anime atau manga, tapi kita adaptasi buat desain batik,” jelas Faisal.

BACA JUGA:Koperasi Bangun Bersama Jadi Jantung Ekonomi Rumah Batik TBIG Pekalongan, Biayai Ratusan Pembatik

BACA JUGA:Inginkan Ukiran dan Batik Jepara Membumi, Disisipkan di Pendidikan Era Digital

Menurutnya, desain batik tidak harus lahir dari tangan-tangan yang terbiasa menggambar manual. Justru dengan bantuan teknologi, siapa pun kini bisa jadi perancang batik.

“Kita mulai kurikulumnya dari desain dulu, karena kalau pakai pola lama, susah masuknya,” imbuhnya. Dengan aplikasi gambar di HP, peserta bisa menggambar kapan pun dan di mana pun, lalu langsung mengakses referensi via internet.

“Jadi belajar lebih efisien. Desain tinggal kirim, lalu bisa langsung dieksekusi ke batiknya,” katanya.

Model pelatihan ini diyakini mampu mempercepat regenerasi pembatik muda tanpa kehilangan nilai filosofis batik itu sendiri.

Hal itu disampaikannya di sela-sela kunjungan para peserta Journalism Fellowship on CSR 2025 yang digelar Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) dengan TBIG.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: