Momen Haru Karyawan Sritex Coret Seragam Kerja di Hari Terakhir Sebelum Pabrik Tutup

Aksi saling coret tanda tangan sesama karyawan pabrik Sritex di hari terakhir bekerja sebelum pabrik tersebut tutup permanen, Jumat 28 Februari 2025.-Istimewa-
SUKOHARJO, diswayjateng.id - Lingkungan pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), diselimuti suasana haru, pada Jumat 28 Februari 2025. Karyawan Sritex coret seragam kerja di hari terakhir, sebelum pabrik tutup permanen.
Karyawan coret seragam kerja mereka dengan tanda tangan rekan kerja, mirip tradisi kelulusan sekolah sebagai bentuk perpisahan dengan tempat mereka mencari nafkah.
Keputusan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal ini terjadi setelah Sritex dinyatakan pailit, dan per 1 Maret 2025, pabrik tekstil terbesar di Indonesia itu akan tutup secara permanen.
Sejak pagi, ribuan pekerja yang keluar dari pabrik di Kecamatan Sukoharjo tampak berfoto bersama, menciptakan kenangan terakhir sebelum akhirnya berpisah, termasuk ketika karyawan coret seragam kerja mereka.
BACA JUGA:Dorong Kinerja Keuangan Positif Awal 2025, PT Trans Marga Jateng Sukses Refinancing
BACA JUGA:Aksi Demo Besar Pekerja PT Sritex Batal, Digantikan Audiensi Perwakilan
"Saya sudah bekerja di PT Sritex selama 17 tahun dan menjadi korban PHK. Kami mencoret baju kerja sebagai simbol kenang-kenangan, pernah bersama di perusahaan ini," ujar Mardianto (39), salah satu pekerja terdampak PHK.
Meski kecewa, ia berusaha menerima kenyataan pahit ini dengan lapang dada.
"Kami lulus dari perusahaan ini. Semoga ada jalan keluar ke depannya. Untuk sementara, hidup pakai tabungan dulu," tambahnya.
Dia bukan satu-satunya yang terdampak. Istrinya, yang juga bekerja di Sritex, turut mengalami PHK.
BACA JUGA:Dinas Perdagangan Pastikan Kebutuhan Sembako Jelang Ramadan Aman di Salatiga
BACA JUGA:Wamenaker Pertaruhkan Jabatan Demi Karyawan Sritex Tetap Bisa Bekerja
"Saya punya tiga anak, dan istri saya juga kena PHK. Tapi saya percaya, pasti ada jalan rezeki lain," tuturnya penuh harap.
Sariyem (48), karyawan lain yang telah 28 tahun bekerja di Sritex, mengaku masih sulit menerima kenyataan bahwa ia kini harus kehilangan pekerjaannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: