Dibawah Perum Bulog, Hasil Budidaya Jamur Tiram Bakal Ditawarkan ke MBG
Salah satu petani jamur tiram di bawah naungan perum bulog--Mukhtarul Hafidh / diswayjateng.id
SRAGEN, diswayjateng.id - Memanfaatkan limbah sekam di Sentra Penggilingan Padi (SPP) Karangmalang, Masaran, Sragen. Perum Bulog budi daya jamur tiram di lingkungan sekitar.
Inisiasi pemberdayaan masyarakat dalam budi daya jamur tiram sudah dimulai sejak November 2023 dan terus berjalan hingga kini.
Tak hanya sampai disitu saja, Produk jamur tiram juga bakal ditawarkan ke Badan Gizi Nasional (BGN) untuk mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Pengembangan jamur tiram itu merupakan Program Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan dengan tiga prioritas, yakni bidang pendidikan, lingkungan, dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Pengembangan jamur tiram ini sejalan dengan core business Bulog di bagian hulu, yakni program industry ecosociosystem. Program tersebut dilakukan dengan pemanfaatan limbah sekam dengan pelibatan masyarakat sekitar.
"Kami juga akan menawarkan produk jamur tiram ini ke Badan Gizi Nasional untuk mendukung program MBG," ujar Direktur Human Capital Perum Bulog, Prof. Sudarsono Hardjosoekarto.
Program tersebut dilaksanakan dalam bentuk pelatihan pengoperasian alat streamer baglog jamur tiram dan smart kimbung, yakni alat deteksi suhu kumbung danodifukasi suhu optimal kumbung berbasis IoT (Internet of Things); pembangunan kumbung baru berkapasitas 6.000 baglog jamur tiram untuk optimalisasi limbah sekam SPP; dan pengembangan komposisi baglog berbahan sekam pada kumbung lama.
Kegiatan itu dilaksanakan dengan menggandeng Program Studi D3 Agribisnis Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo dengan sasaran kelompok tani pemuda Alugoro Karangmalang, Masaran, Sragen, dan didampingi konsultan jamur tiram dari Sukoharjo.
Sudarsono menerangkan jamur tiram ini bergizi dan layak ditawarkan ke BGN yang sedang menyiapkan MBG. Dia melihat banyak manfaat dari limbah sekam SPP Masaran, pertama bagi Bulog dapat saluran teknologi yang selama ini dibuang. Manfaat kedus, jelas dia, bagi Poktan dapat memanfaatkan peluang usaha, dan dari masyarakat dapat memanfaatkan bahan baku dari jamur tiram bergizi.
"Ada 30 orang anggota Poktan Alugoro yang sudah mengembangkan dan menanam jamur tiram. Sekarang pengembangannya dengan membuat media tanam berbahan limbah sekam SPP dengan bimbingan dari UNS dan pelaku bisnis jamur tiram Sukoharjo, Marsono," jelasnya.
Dia menerangkan ada dua fasilitas yang disediakan Bulog yakni kumbung atau rumah jamur dan baglog sebagai media tanamnya. Dia menyebut sekarang baru ada satu unit kumbung dan akan ditambah satu unit kumbung lagi dengan kapasitas masing-masing 6.000 baglog.
"Pemasarannya, tidak menjadi soal karena pasokan pasar Soloraya masih kurang," imbuhnya
Pelaku usaha jamur tiram asal Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Marsono, mengatakan selama ini pembuatan media tanam atau baglog masih menggunakan serbuk kayu. Dia akan ujicoba memadukan sekam padi dengan serbuk kayu dengan porsi 50%.
"Penampakannya tidak beda dan hasilnya juga sama. Masa produksi jamurnya juga sama selama enam bulan. Kalau dengan serbuk kayu mahal, harganya per truk juga Rp3,6 juta tetapi kalau dengan sekam semoga bisa gratis," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: