Refleksi 19 Tahun Komunitas Puspita Bahari, Perjuangan Perempuan Nelayan dan Panggilan untuk Perubahan
Puspita Bahari bersama Sekda dan akademisi UII dalam Refleksi 19 Tahun Puspita Bahari-nungki diswayjateng-
DEMAK, diswayjateng.id – Dalam peringatan 19 tahun berdirinya Komunitas Puspita Bahari, serangkaian kegiatan inspiratif digelar sebagai bentuk refleksi perjalanan panjang komunitas perempuan nelayan tersebut.
Bertema Refleksi 19 Tahun Puspita Bahari gelaran hari lahir (harlah) komunitas tersebut menghadirkan kolaborasi antara komunitas Puspita Bahari dan Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia (UII).
Kegiatan yang meliputi pemutaran dan diskusi film, pelatihan pengasuhan anak, serta pelatihan public speaking ini menjadi momentum penting bagi komunitas Puspita Bahari untuk terus memperjuangkan hak-hak perempuan pesisir.
Founder komunitas Puspita Bahari, Masnuah, mengungkapkan bahwa kolaborasi ini telah terjalin selama dua tahun dan berhasil menghasilkan berbagai inisiatif penguatan kapasitas perempuan nelayan, termasuk pembuatan film untuk menyuarakan perjuangan mereka.
BACA JUGA:Ade Dian Is Kurniasih, Perempuan Inspiratif dan Penuh Motivasi
Puncak peringatan yang jatuh pada 25 Desember 2024 diisi dengan tasyakuran, doa bersama, dan refleksi perjalanan 19 tahun komunitas ini. Selain itu, renovasi rumah Puspita Bahari di Morodemak, Bonang, menjadi salah satu agenda penting. Rumah komunitas yang sering terendam rob akan ditinggikan satu meter untuk mengatasi masalah banjir.
"Solidaritas dari berbagai pihak membantu kami membeli material untuk rumah panggung ini. Kami juga meluncurkan buku dan profil Puspita Bahari, bekerja sama dengan University of Leeds, Inggris, untuk memperkenalkan lebih jauh apa yang telah kami lakukan," ujar Masnuah.
PR Pemkab Demak di Mata komunitas Puspita Bahari
Masnuah menyoroti pekerjaan rumah (PR) pemerintah terkait perlindungan perempuan nelayan yang hingga kini masih belum maksimal. Meskipun terdapat 31 perempuan nelayan di wilayah ini, mereka belum mendapatkan asuransi dan perlindungan memadai.
"Nelayan, baik laki-laki maupun perempuan, kini tidak memiliki asuransi. Dulu ada Jasindo, namun saat ini diarahkan ke BPJS Ketenagakerjaan, yang sayangnya tidak semua nelayan memahami pentingnya asuransi," tambahnya.
BACA JUGA:IIDI Cabang Kabupaten Pemalang Peringati HUT ke-70, Beri Edukasi Osteoarthritis Pada Perempuan
BACA JUGA:184 Narapidana Perempuan Rutan Salatiga Dilatih Merangkai Buket Uang
Selain itu, banjir rob yang terus menghantui pesisir Demak juga menjadi tantangan besar. Masalah ini berdampak pada hilangnya akses, tempat tinggal, kesehatan, hingga ekonomi masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: