5 Daerah Unik di Jateng, Ada Desa Cawet dan Kampung Koplak Namanya
daerah unik di Jateng, ada desa cawet dan kampung koplak namanya-Tangkapan layar diswayjateng.id-
DISWAY JATENG - Nama dusun atau desa yang berada di tiap daerah memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Beberapa daerah unik di Jawa Tengah memiliki nama yang khas.
Bahkan, bagi beberapa orang mungkin namanya terdengar sedikit nyleneh. Daerah unik di Jawa Tengah ini juga unik cerita daerahnya.
Dengan ciri khasnya, daerah unik di Jawa Tengah kebanyakan daerahnya ini memiliki cerita yang menjadi asal muasal penamaan daerah tersebut dari penelusuran yang ada.
Dalam artikel ini akan kami telusuri tentang daerah unik di Jawa Tengah ada Desa Cawet dan Kampung Koplak namanya. Mari kita simak dan baca sampai selesai ya!
BACA JUGA:Pj Gubernur Jateng Siap Sambut Asian School Badminton Championship
Berikut ini beberapa nama daerah yang aneh di Jawa Tengah:
1. Dusun Setan
Satu dusun di Kabupaten Magelang Jawa Tengah yang punya nama unik. Namanya Dusun Setan. Dusun Setan termasuk dalam wilayah administrasi Desa Candiretno, Kecamatan Secang.
Menurut salah satu tokoh masyarakat setempat, Aminatun (70), Dusun Setan zaman dulu dihuni para penganut Hindu dengan nama Hindustan. Seiring perkembangan waktu, mereka berganti menjadi penganut agama Islam.
"Kemudian Hindu-nya dihilangkan, tinggal Stan. Itu cerita dari kakek moyang kami," ungkap Aminatun yang biasa dipanggil Mbah Gemi itu. Namun tidak diketahui secara persis kapan nama Hindustan berubah menjadi Stan, sehingga orang-orang biasa mengucapkannya Sêtan. "Hanya cerita yang diperoleh secara turun-temurun," imbuh dia.
2. Desa Cawet
Cawet merupakan nama sebuah desa di Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Desa ini berada sekitar 50 kilometer dari pusat kota Pemalang.
Menurut Kepala Seksi Pemerintah Desa Cawet, Riswanto ada sejarah yang melatarbelakangi nama Desa Cawet. Nama cawet diambil dari kata cawing dan tali. Cawing artinya kain penutup (kemaluan) dan tali merupakan pengikat celana," kata Riswanto.
Riswanto mengatakan, zaman dulu warga desa ini kebingungan memilih sesepuh yang akan dijadikan kepala desa. Kemudian, datanglah Adipati Pemalang, Adipati Reksodiningrat (Kanjeng Pontang) pada tahun 1825.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: