Mengenal Stunting: Definisi, Ciri-Ciri, Penyebab, dan Upaya Pencegahannya.

Mengenal Stunting: Definisi, Ciri-Ciri, Penyebab, dan Upaya Pencegahannya.

Ilustrasi Definisi, Ciri ciri, dan upaya pencegahan Stunting--pinterest

DISWAYJATENG.ID - Menurut WHO (World Health Organization) stunting adalah gangguan pertumbuhan akibat infeksi berulang dan kekurangan gizi kronis.

Kondisi ini ditandai dengan panjang atau tinggi badan anak berada di bawah standar. Secara medis, stunting terjadi ketika tinggi badan anak berada di bawah kurva pertumbuhan yang seharusnya.

Kekurangan gizi dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal 1000 hari kehidupan, tetapi baru nampak

setelah anak berusia 2 tahun. Tak sedikit orang yang menganggap anak yang bertubuh pendek disebabkan karena faktor genetik. Pada kenyataannya, genetika hanya menyumbang sebagian kecil untuk kondisi kesehatan anak.

Meski begitu, anak yang bertubuh pendek belum tentu mengalami stunting. Itu sebabnya, para orang tua perlu mengetahui ciri anak yang terkena stunting dan yang tidak.

Bagaimana ciri-ciri Anak Terkena Stunting?

Agar dapat mengetahui kejadian stunting pada anak maka perlu diketahui ciri-ciri anak yang mengalami stunting sehingga jika anak mengalami stunting dapat ditangani sesegera mungkin, diantaranya:

1. Tanda pubertas terlambat.

2. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebIh pendiam, tidak banyak melakukan eye contact.

3. Pertumbuhan terhambat sehingga tulang tampak lebih pendek.

4. Wajah tampak lebih muda dari usianya.

5. Pertumbuhan gigi terlambat .

6. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar.

7. Mudah terpapar penyakit.

8. Sering lemas dan tampak tak bertenaga.

Penyebab Stunting itu apa?

Stunting biasanya terjadi pada masa kanak-kanak, terutama pada dua tahun pertama kehidupan.

Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, terutama kekurangan gizi dalam jangka waktu yang panjang. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stunting antara lain:

1. Kekurangan asupan gizi pada ibu hamil

Melansir dari WHO (World Health Organization), sekitar 20 persen stunting terjadi pada saat bayi berada dalam kandungan. Pemicunya adalah asupan gizi ibu hamil yang tidak memadai

Kurangnya asupan gizi ini bisa membuat ibu hamil mengalami anemia defisiensi zat besi. Akibatnya, kondisi ini bisa menghambat pertumbuhan janin.

2. Pola asuh kurang efektif

Pola asuh yang kurang efektif juga menjadi salah satu penyebab stunting pada anak. Pola asuh di sini berkaitan dengan perilaku dan praktik pemberian makanan kepada anak.

Bila orang tua tidak memberikan asupan gizi yang baik, maka anak bisa mengalami stunting.

Selain itu, faktor ibu yang masa remaja dan kehamilannya kurang nutrisi serta masa laktasi yang kurang baik juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan otak anak.

3. Infeksi yang berulang

Sakit infeksi yang berulang pada anak disebabkan oleh sistem imunitas tubuh yang tidak bekerja secara maksimal.

Saat imunitas tubuh anak tidak berfungsi baik, maka risiko terkena berbagai jenis gangguan kesehatan, termasuk stunting, menjadi lebih tinggi.

Beberapa contoh infeksi yang sering dialami yaitu infeksi enterik seperti diare, enteropati, dan cacing, dapat juga disebabkan oleh infeksi pernafasan (ISPA), malaria, berkurangnya nafsu makan akibat serangan infeksi, dan inflamasi.

4. Perawatan yang kurang memadai setelah melahirkan

Bukan hanya bayi saja, Ibu juga butuh perawatan yang memadai pasca melahirkan.

Tujuannya agar ibu bisa memberikan ASI yang memadai untuk bayi karena ASI sangat penting untuk 1.000 hari pertama bayi untuk memperkuat imunitasnya.

Kurangnya perawatan pasca melahirkan bisa membuat ibu kelelahan kronis, mengalami sindrom baby blues bahkan depresi pasca melahirkan

5. Faktor Sanitasi

Sanitasi yang buruk serta keterbatasan akses pada air bersih akan mempertinggi risiko stunting pada anak.

Bila anak tumbuh di lingkungan dengan sanitasi dan kondisi air yang tidak layak, hal ini dapat memengaruhi pertumbuhan anak.

Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan juga merupakan salah satu faktor penyebab stunting.

Upaya Pencegahan Stunting!

Pemerintah telah menetapkan kebijakan pencegahan stunting, melalui Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Peningkatan Percepatan Gizi dengan fokus pada kelompok usia pertama 1000 hari kehidupan, yaitu sebagai berikut: (Kemenkes RI, 2013).

1. Ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet

selama kehamilan Selama masa kehamilan, kebutuhan zat gizi harian ibu hamil mengalami peningkatan.

Salah satu zat gizi yang mengalami peningkatan dan sangat dibutuhkan oleh ibu hamil adalah zat besi. Ibu hamil disarankan untuk mencukupi kebutuhan zat besi saat hamil dengan minum obat tambah darah bentuk tablet atau pil.

Zat besi dapat mendukung pembentukan hemoglobin untuk mencegah anemia pada ibu hamil. Zat besi juga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan otak janin sehingga dapat mencegah stunting.

2. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ibu hamil

Makanan tambahan ibu hamil adalah makanan bergizi yang diperuntukkan bagi

ibu hamil sebagai makanan tambahan guna mencukupi kebutuhan gizi. Salah satu jenis makanan tambahan untuk ibu hamil yaitu, Biskuit Sandwich yang biasa didapatkan pada saat posyandu.

3. Pemenuhan Gizi

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Gizi seimbang di Indonesia divisualisasikan dalam bentuk Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) yang sesuai dengan budaya Indonesia.

TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut usianya.

4. Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi atau yang biasa kita sebut sebagai janin atau bayi dalam kandungan.

Resiko persalinan sangatlah besar, maka dari itu diperlukan pertolongan dari tenaga kesehatan yang sudah ahli dalam bidangnya.

5. Pemberian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi menyusui dini adalah langkah penting untuk memudahkan bayi dalam memulai proses menyusui.

Bayi baru lahir yang diletakkan pada dada atau perut sang ibu, secara alami dapat mencari sendiri sumber air susu ibu (ASI) dan menyusu. Proses penting inilah yang disebut inisiasi menyusui dini (IMD).

6. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan

ASI (Air Susu Ibu) adalah sumber asupan nutrisi bagi bayi baru lahir, yang mana sifat ASI (Air Susu Ibu) bersifat eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi berusia 0 bulan sampai 6 bulan.

7. Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi diatas 6 bulan hingga 1 tahun

MPASI atau Makanan Pendamping ASI adalah jenis makanan yang diberikan pada bayi untuk melengkapi asupan nutrisi yang didapatkan bayi sebelum menginjak usia 1 tahun.

MPASI diberikan pada bayi setelah usia 6 bulan karena pada usia tersebut ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi si bayi.

8. Pemberian imunisasi dasar lengkap dan vitamin A

Tujuan pemberian imunisasi adalah membentuk kekebalan tubuh agar tidak mudah terinfeksi virus penyebab penyakit.

Pemberian imunisasi pada bayi menjadi hal yang penting, sebab tubuh bayi memiliki tingkat imunitas yang rendah sehingga harus segera mendapatkan perlindungan dari infeksi penyakit menular.

8 imunisasi dasar lengkap:

1. Hepatitis B

2. Poliomyelitis (polio & IPV)

3. Tuberculosis

4. Difteri

5. Pertusis

6. Tetanus

7. Pneumonia dan Meningitis

8. Campak(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber