Bulan BK

Bulan BK

Catatan DIS'Way Jateng --

Partai Komunis Indonesia dibubarkan. Pengikut Bung Karno ditumpas. Para Sukarnois ikut jadi musuh Orde Baru.

Djatmiko tidak bisa pulang. Ia memutuskan meneruskan kuliahnya di Jepang. Mulai lagi dari awal. Ia mengambil jurusan kimia industri.

Seperti juga Djawoto, Djatmiko bukan PKI. Tapi nama Djawoto jadi bulan-bulanan politik di dalam negeri. Ia disamakan dengan PKI. Dihujat. Dikarikaturkan. Wartawan jadi objek berita yang dihantamkan oleh wartawan Orde Baru.

Djawoto mengundurkan diri sebagai duta besar kita di Beijing. Ia mendapat suaka politik di sana. Lalu pindah ke Belanda. Jadi pengungsi politik di sana. Sampai ia meninggal dunia.

Beijing sendiri saat itu lagi guncang: Mao Zedong lagi melancarkan revolusi kebudayaan. Orang kota yang dianggap berjiwa kapitalis dan borjuis dikirim ke ladang-ladang pertanian di desa-desa.

Djatmiko juga tidak berani pulang. Ia terus meyakinkan Orde Baru bahwa dirinya memang Sukarnois tapi bukan komunis.

Enam bulan kemudian Djatmiko, kelahiran Tuban dan lulus SMA di Malang, dipanggil pulang. Orde Baru yang memanggilnya pulang.

Ia pulang.

Di bandara Jakarta ia ditangkap. Langsung dikirim ke rumah tahanan Guntur. Jadilah ia tahanan politik.

Dalam interogasi beruntun memang tidak ada bukti bahwa Djatmiko komunis. Setelah enam bulan ditahan, Djatmiko dibebaskan.

Justru Bung Karno yang masih terus ditahan. Djatmiko menerima pesan Bung Karno yang dikirim dari tahanan rumah. Isinya: agar perkawinan Djatmiko di tahun 1962 dibuatkan resepsi di akhir 1966. Tujuannya: agar Bung Karno bisa punya alasan minta izin menghadiri kawinan. Agar dirinya bisa menghirup udara di luar. Juga agar bisa bertemu teman-teman lama.

Resepsi dilaksanakan. Di gedung TNI-AL di Kwitang, Jakarta pusat. Tapi keinginan Bung Karno mendapat izin tidak bisa terlaksana.

Sebelum itu, ketika Djatmiko masih ditahan di Guntur, CPM penjaga tahanan menerima memo dari Bung Karno. Saat itu Bung Karno masih ditahan di Istana Bogor. Isi memo: agar Djatmiko dan Ahem Erningpradja dihadapkan ke Istana Bogor.

Dua orang satu famili itu pun dihadapkan ke Istana Bogor. Ditunggui oleh Jenderal Ibrahim Aji. Tidak bisa bebas bicara.

Djatmiko sendiri, setelah bebas, tidak mengalami kesulitan hidup. Ia lantas bekerja di PT Padi Traktor. Sampai tahun 1982. Lalu diangkat menjadi general manajer di perusahaan Rahmat Gobel yang bekerja sama dengan Jepang: National Gobel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait