Belum Diresmikan, Museum Purbakala Bumiayu-Tonjong Ambruk Diterpa Hujan

Belum Diresmikan, Museum Purbakala Bumiayu-Tonjong Ambruk Diterpa Hujan

BREBES, (DiswayJateng)-- Gedung museum purbakala situs Buton (Bumiayu-Tonjong) ambruk pada bagian atasnya. Padahal gedung yang menelan anggaran sebesar Rp 572,405 juta tersebut, baru selesai dibangun Desember 2021 lalu. Gedung museum ini belum diresmikan.

Gedung museum purbakala yang berada di Dukuh Kalipucung RT. 02 RW. 05, Desa Galuhtimur, Kecamatan Tonjong, terlihat ambruk pada omponen atap bagian terasnya.

Muhajir, selaku Sekretaris Desa Galuhtimur, membenarkan kondisi tersebut. Menurut dia, ambruknya komponen atap bangunan museum itu terjadi pada Lebaran kemarin.

"Iya, bagian atap teras ambruk. Kejadiannya sehari setelah lebaran," ungkapnya, Kamis (12/5).

Dikatakan Muhajir, masih tingginya intensitas hujan beberapa waktu terakhir hingga menjelang Idul Fitri diduga menjadi penyebab ambruknya atap museum tersebut.

"Kejadian itu sudah kami laporkan ke Dinas Pariwisata Kabupaten Brebes," kata Muhajir.

Bangunan museum berbentuk oval berukuran 15 x 15 meter ini, sedianya akan menjadi kebanggaan masayarakat Kabupaten Brebes. Sedianya akan dijadikan sebagai tempat penyimpanan penemuan fosil manusia purba (homo erectus bumiayuensis) berumur 1,8 juta tahun di Situs Bumiayu.

"Selain itu juga menyimpan fosil-fosil purbakala lain yang ditemukan di wilayah Bumiayu dan Tonjong," imbuhnya.

Pemkab Brebes melalui Gubernur Jateng sedang mengusulkan Situs Buton ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjadi geopark. Hal ini sebagai upaya pelestarian terhadap warisan geologi, pusat pendidikan, sekaligus untuk tempat wisata, sehingga memberikan peluang kesejahteraan ekonomi bagi warga setempat dan sekitarnya serta sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

"Belum sempat ditempati, padahal informasinya sudah selesai 100 persen. Tapi keburu rusak, sehingga cukup disesalkan," ungkap Wahidin, warga sekitar.

Dikatakan, lokasinya berada di pinggiran Desa Galurtimur menjadikan keberadaannya kurang mendapat perhatian dan saat kejadian tidak ada yang tahu secara pasti.

"Warga mengetahui setelag komponen atap dalam kondisi menggantung seperti itu, lalu disampaikan ke perangkat desa," kata Wahidin. (pri)

Editor Ismail Fuad

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: